27 July 2011

Nama-Nama Tokoh dalam Lirik Lagu Iwan Fals


Lagu-lagu Iwan Fals baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang dinyanyikannya banyak menyebutkan nama beberapa tokoh. Tokoh-tokoh tersebut ada yang rekaan dan ada juga yang nyata. Ada yang serius diceritakan sebagai tokoh utama dan ada juga yang hanya numpang lewat hanya sekedar pelengkap.

Beberapa nama tokoh dalam lagu Iwan Fals yang merupakan sebuah imajinasi ternyata cukup dikenal hingga saat ini dan seakan-akan hidup dalam dunia nyata.

Berikut nama-nama yang disebutkan dalam lagu-lagu komersial Iwan Fals dari awal sampai terbaru yang sempat kami catat. Karena cukup panjang, maka kami tampilkan dalam 3 bagian. Adakah diantara tokoh-tokoh dibawah ini yang kalian kenal? (sb)

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 1)

1. Hitler

Nama ini diucapkan dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Dalam liriknya nama tokoh ini hanya sebagai pelengkap. Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar.

Lagu Frustasi sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya berantakan.

2. Carter

Nama ini juga terdapat dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Yang dimaksud adalah Jimmy Carter mantan presiden Amerika ke-39 (1977-1981). Dalam liriknya Iwan Fals sedang berkhayal menjadi orang tenar seperti Carter juragan kacang. Jimmy Carter memang sempat mengurusi perusahaan kacang milik keluarganya.

3. Kecoak Idi Amin

Nama rekaan ini terdapat dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Nama Idi Amin sendiri adalah nama seorang pemimpin diktator militer di Uganda.

Dalam lagu ini Iwan Fals berkelakar bahwa nama tersebut adalah nama anaknya yang paling tua. Namun si anak yang selanjutnya disebut dengan panggilan si Amin diceritakan adalah orang yang selalu berpenampilan mewah, dan kemewahan itu adalah hasil curian. Sayangnya si Amin kebal kerangkeng (Nah, sekarang ditahun 2008 ini ada kan si Amin yang baru?. Wakil rakyat yang nyambi jadi maling.)

4. Gareng

Masih dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur dari album Canda Dalam Ronda (1979), disini Iwan Fals bercerita bahwa anaknya yang bernama Kecoak Idi Amin itu jalannya seperti Gareng.

Gareng adalah salah satu tokoh pewayangan punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.

23 July 2011

Kronologis Peristiwa Mandor Berdarah

Masuknya tentara pendudukan Jepang bulan Juni tahun 1942 di Kalbar, ditandai dengan tindak kekerasan perampasan, perampokan, pemerkosaan dan penindasan rakyat.

Hingga akhirnya seluruh suku, pemuka masyarakat, yang raja dan panembahan di Kalbar berkumpul dan bermusyawarah bagaimana menangani tentara pendudukan Jepang bertindak semena-mena.

Namun, musyawarah tersebut tercium oleh Jepang karena ada mata-mata Jepang yang juga orang Indonesia ikut dalam musyawarah itu. Jepang tambah curiga ketika datang dua orang utusan dari Banjarmasin yakni dr Soesilo dan Malay Wei, dimana secara diam-diam dua tokoh tersebut menyampaikan berita bahwa akan ada gerakan pemberontakan Januari terhadap tentara pendudukan Jepang sekitar bulan1944.

Sialnya, rencana pemberontakan tersebut diketahui oleh tentara pendudukan Jepang sehingga mulailah terjadi penangkapan. Pembunuhan besar-besaran terjadi pada tanggal 20 Rokoegatsu 2604 atau tanggal 28 Juni 1944.

Di suatu siang kendaraan truk tertutup kain terpal berhenti di depan Istana Raja Mempawah. Serdadu bersepatu selutut dan topi yang berjumbai ke belakang serta pinggang yang digelayuti "samurai" turun terburu-buru menuju Istana.
Dengan alasan mengajak berunding, serdadu "Dai Nippon" itupun menciduk Raja Mempawah. Kemudian menangkap pula Panangian Harahap dan Gusti Djafar, teman baik sang Raja. Mereka bertiga dengan tangan terikat diberi sungkup kepala terbuat dari bakul pandan, lalu digiring ke atas truk yang sudah menunggu dari tadi. Serdadu yang lain dengan cekatan menempeli istana dan rumah kedua sahabat raja dengan plakat bertuliskan huruf kanji. Bunyinya "Warui Hito" yang artinya orang jahat.

Mengenang Tragedi Pembantaian di Mandor Kalbar

Mengenang Tragedi Mandor Di Kalimantan Barat


Kalbar
Kalimantan Barat, Desa Mandor, hari ini tgl 28 Juni, 67 tahun silam………..

Terjadi salah satu Kejahatan terkeji di muka bumi yg dilakukan oleh manusia terhadap manusia. Kejahatan itu telah memutus satu generasi putra putri Kalimantan Barat. Dibawah pimpinan Letnan Jenderal Tadashige Daigo membantai 50.000 putra putri terbaik, para Raja, Cendikiawan, dan Tokoh2 Masyarakat.  Mereka dipancung dan dimasukkan ke dalam satu lubang sehingga menyerupai bukit kematian.

Saat ini monumen pembantaian itu masih tegak kokoh berdiri.  Bukan untuk tenggelam ke masa kelam, tapi sebagai cambuk dan penyemangat yg bergelora di dada seluruh putra putri Kalimantan Barat, membangun bumi khatulistiwa tercinta.. (Yuri Antariksa)
Dan mari kita ingat kembali peristiwa itu  :

MENGENANG PERISTIWA MANDOR DI KALIMANTAN BARAT
Kalimantan Barat atau West Borneo pernah mengalami masa-masa kelam saat pendudukan jepang melalui serangkaian peristiwa berdarah yang melenyapkan satu generasi intelektual, tokoh-tokoh penting dan kharismatik sampai orang-orang biasa.
Tentara pendudukan Jepang melakukan pembantaian massal di Kalbar terhadap kalangan feodal lokal, cerdik pandai, ambtenar, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga rakyat jelata, dari berbagai etnik, suku maupun agama.

Peristwa Mandor Berdarah

Nah........ ini dia buku sejarah kalbar yang wajib dibaca. Saya yakin tidak  banyak warga kalbar yang tahu persis bagaimana peristiwa kelam di tanah kalbar ini terjadi. 
Yap,,,,,,, ngembun saya pada malam ini gak sia-sia ternyata. Walaupun gak punya buku aslinya yang penting isi kandungan didalam ceritanya dapat dibaca. ^_^
Yah tar deh kalo punya uang lebih akan kucari ne buku, biar lebih enak bacanya gt.
Buat sobat-sobat yg lg kere kyak saya ne, silakan disedot aja isi cerita lengkapanya di link berikut ini.
Yang ngaku orang  kalbar jgn sampai gak tau cerita mandor ini yah.............
Terutama kalangan anak sekolah yang terpelajar lebih-lebih lagi kaum intelektual Mahasiswa


Apa kata dunia!!!!!!!!!!



Tragedi Mandor Berdarah

Pontianak Post

Senin, 27 Juni 2011




TRAGEDI Mandor Berdarah menelan korban puluhan ribu nyawa, tercatat 21.037  lebih tewas dari target pembantaian 50.000 orang. Mereka dibantai serdadu Jepang yang mendarat pertama kali di Kalimantan Barat dibawah pimpinan Letnan Jenderal Tadashige Daigo. Mereka adalah putra-putri terbaik yang dimiliki daerah ini, terdiri dari berbagai etnis dan profesi, seperti Syarif Muhammad Al-Qadri salah seorang Sultan Pontianak beserta anak-anaknya, panembahan keraton, dokter Roebini beserta istri dan para kaum cerdik pandai lainnya.

Pembantaian tersebut dibenarkan oleh Kiyotada Takahashi, ex opsir Jepang yang pernah menetap di Pontianak, dan tercatat di Museum Jepang. 
Kekejaman yang mereka lakukan, antara lain dengan cara pemancungan hidup-hidup menggunakan samurai, setelah kepalanya ditutupi dengan sungkup, tumpukan mayat menggunung setinggi dada, hancur membusuk, sebagian tercabik dagingnya dimakan babi hutan, tulang belulang yang berserakan itu dikumpulkan, kemudian dikuburkan dalam 10 lobang, belum lagi yang dibuang ke sungai sehingga air sungai berubah warna darah. 

Mengenang Peristiwa Mandor

KOMPAS

Minggu, 15 Mar 1998

JUANG MANDOR, KUBURAN MASSAL KORBAN JEPANG

Makam Juang Mandor
TAK banyak yang mengetahui, di Desa Mandor -sekitar 88 km dari kota Pontianak- terdapat kuburan massal ribuan korban keganasan penjajah Jepang tahun 1942-1945. Kuburan massal yang dijadikan monumen Makam Juang Mandor itu, terletak di tepi jalan raya yang menghubungkan Pontianak dengan Kabupaten Sintang dan Kabupaten Sanggau.

Meski hanya kota kecamatan, Mandor memiliki arti penting dalam sejarah Kalimantan Barat. Di sinilah Jepang membantai 21.037 rakyat Kalbar, termasuk 48 pemuka masyarakat Kalbar. Setiap 28 Juni, Pemda Kalbar mengadakan upacara di Makam Juang Mandor, mengenang peristiwa getir ini.

Sidang Kasus Pemicu Kerusuhan Sambas

KOMPAS

Selasa, 27 Apr 1999 
Halaman: 8 

SIDANG PEMICU KERUSUHAN SAMBAS DIGELAR

Singkawang, Kompas

Pengadilan Negeri Singkawang (Kalbar) hari Senin (26/4) menggelar tiga sidang kasus terdakwa pemicu kerusuhan Sambas. Kasus penyerangan di Desa Paritsetia, Kecamatan Jawai pada Hari Idul Fitri 19 Januari silam, menghadirkan dua terdakwa Niyan bin Colok dan Marsian bin Ludin, serta kasus pembacokan kernet angkutan umum di Kecamatan Tebas, menghadirkan terdakwa Rodi bin Muharap. Dua insiden itulah yang dianggap sebagai pemicu meluasnya kerusuhan Sambas.

Dua sidang terpisah yang berkaitan dengan kasus penyerangan di Desa Paritsetia, Kecamatan Jawai, yang terjadi pada Hari Lebaran, dipimpin majelis hakim yang sama, yang diketuai SMO Siahaan. Niyan didakwa melanggar pasal 340 KUHP, menghilangkan nyawa orang lain, sedangkan Marsian didakwa melanggar pasal 353 KUHP, melakukan penganiayaan dengan perencanaan. Dalam insiden Paritsetia itu, tiga orang tewas dan dua luka berat.

Sidang lainnya menghadirkan terdakwa Rodi bin Muharap, pembacok kernet angkutan umum di Kecamatan Tebas. Jaksa Saptana S Budi mendakwa Rodi melanggar pasal 353 KUHP, melakukan penganiayaan berat terhadap kernet Bujang Idris. Sidang dengan majelis hakim diketuai R Sianipar itu mendengarkan keterangan saksi korban Bujang Idris (25) dan Iwan (19), keduanya kernet bus yang ditumpangi terdakwa Rodi (19).

Dalam kesaksiannya, Bujang Idris mengisahkan bagaimana Rodi, preman di Tebas, tidak mau membayar ongkos, kemudian setelah ditegur malah mengejarnya, bahkan membacok dirinya yang menyebabkan jari kanan dan lutut kanannya luka-luka kena sabetan senjata tajam. 

Menurut Bujang, pada hari Minggu 21 Februari lalu, terdakwa Rodi naik angkutan umum, turun di Terminal Tebas, tetapi menolak membayar ongkos. Setelah ditegur, Rodi malah mengancam, “Awas kamu!” Bus yang melaju ke arah Desa Semparuk, dibuntuti terdakwa yang naik sepeda motor temannya. “Di atas motor, Rodi sudah mengacung-acungkan celurit. Rodi mendahului bus dan meminta sopir menghentikan kendaraan,” tuturnya.

Melihat Rodi mencari dan mengejarnya, Bujang pun merasa takut dan lari sampai jatuh ke parit. “Rodi mengayunkan celuritnya, saya tangkis dengan tangan kanan sehingga jari-jari tangan kanan saya sobek. Pada ayunan celurit kedua, saya mencoba menghindar, tetapi mengenai lutut kanan saya,” kisah Bujang.

Kernet itu selamat dari maut setelah masyarakat di sekitar menengahi. Bujang dibawa ke rumah sakit dan Rodi dilaporkan ke polisi. Kesaksian Bujang di pengadilan itu dibenarkan rekannya, Iwan. Sidang pemicu kerusuhan Sambas yang mendapat perhatian dari masyarakat ini dilanjutkan pekan depan, masih akan mendengarkan para saksi. (ksp)

22 July 2011

Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) : Daerah Otonom Khusus dalam Republik Indonesia Serikat 1948-1957

SEJARAH HUKUM DAERAH ISTIMEWA KALIMANTAN BARAT

Oleh Turiman Fachturahman Nur, SH, M.Hum
DIKB dalam Tataran Sejarah Hukum Ketatanegaraan RI
Demi kejujuran sejarah dan sikap serta kesadaran sejarah, berikut ini dipaparkan perjalanan sejarah hukum DIKB sampai berdirinya Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat dan patut disadari bersama oleh anak bangsa adalah suatu kenyataan, bahwa sejarah urusan dengan masa silam, atau kejadian-kejadian yang telah lewat dan tidak mungkin diulang kembali. Penelusuran sejarah memerlukan bukti-bukti sejaman, sebagai suatu “recorde memory” yang sangat penting serta diperlukan dalam pembuktian sejarah. Untuk mengungkapkannya perlu adanya kejujuran dan “kesadaran sejarah”, karena kesadaran sejarah itu adalah sikap kejiawaan atau mental attitude dan state of mind yang merupakan kekuatan moral untuk meneguhkan hati nurani kita sebagai bangsa dengan hikmah kearifan dan kebijaksanaan, dalam menghadapi masa kini dan masa depan dengan belajar dan bercermin kepada pengalaman-pengalaman masa lampau.

Sebagaimana pernah dikutip oleh proklamator kita Bung Karno dari Sir Jhon Seely, seorang sejarahwan Inggris dalam bukunya “The Expansion Of England “History ought surely in some degree to anticipate the lesson of time. We shall all no doubt be wise after the event we study history that we may be wise before the event”, maknanya ialah “bahwa semua kejadian-lejadian di dalam sejarah itu mengandung pelajaran, dan bahwa kita semua selalu menjadi bijaksana setelah ada suatu peristiwa sejarah terjadi” itu adalah logis dan terang Kita tidak boleh akan tertumbuk dua kali kepada tiang yang sama, tetapi justru untuk bijaksana lebih dulu sebelum suatu peristiwa terjadi.
Berikut ini dipaparkan fakta obyektif terhadap sejarah hukum DIKB dalam tataran ketataranegasran Republik Indonesia, bahwa secara yuridis sebelum kemerdekaan bagaimana kedudukan wilayah Kalimantan, ternyata pada zaman pendudukan Jepang seluruh Kalimantan berada dibawah kekuasaan Pemerintah Angkatan Laut Jepang, yaitu Berneo Meinseibu Cokan 1942 Agustus 1945 dan berpusat di Banjarmasin.
Khusus Kalimantan Barat berstatus “Meinseibu Syuu”, sebelum pemulihan kedaulatan Para Raja atau Sultan mencatat “tinta emas” di bumi Khatulistiwa yang kode areanya 0561 yang makna filosofisnya menurut para Ulama atau para wali Allah “bersihkan dirimu dengan Rukun Islam dan Rukun Iman dan kembali ke Tauhid”, dan semangat itulah kemudian berdasarkan Putusan Gabungan Kerajaan-Kerajaan Berneo Barat tanggal 22 Oktober 1946 No 20 L dibagi dalam 12 Swapraja dan 3 Neo- Swapraja, yakni 1. Swapraja Sambas, Swapraja Pontianak, Swapraja Mempawah, Swapraja Landak, Swapraja Landak, Swapraja Kubu, Swapraja Matan, Swapraja Sukadana, Swapraja Simpang, Swapraja Sanggau, Swapraja Sekadau, Swapraja Tayan, Swapraja Sintang dan Neo Swapraja, yaitu 1 Neo Swapraja Meliau, Neo Swapraja Nanga Pinoh, Neo Swapraja Kapuas Hulu.
Keputusan Gabungan Para Raja atau Sultan di Kalimantan Barat tersebut kemudian mewujudkan suatu ikatan federasi dengan nama “Daerah Istimewa Kalimantan Barat” atau DIKB dan Keputusan itu kemudian secara hukum disahkan Residen Kalimantan Barat dengan surat keputusan tanggal 10 Mei 1948 No 161, pada tahun 1948 keluarlah Besluit Luitenant Gouvernur Jenderal tanggal 2 Mei 1948 No 8 Stabld Lembaran Negara 1948/58 yang mengakui Kalimantan Barat berstatus Daerah Istimewa dengan Pemerintahan Sendiri berserta sebuah “Dewan Kalimantan Barat.
Berdasarkan rangkaian ketatanegaraan tersebut di atas, maka tidak benar, bahwa Daerah Istimewa Kalimantan Barat merupakan hasil bentukan Pemerintah Belanda sebagai ditulis para sejarahwan, mengapa para Raja atau Sultan di Berneo Barat menggabungkan diri kedalam DIKB, karena Kalimantan Barat merasa tidak ikut perjanjian Renville jadi ketika itu jika Kalimantan Barat ingin membentuk negara di luar RI bisa saja dan Sultan Hamid II pernah ditawari oleh Kerajaran Serawak Kucing Malaysyia Timur, tetapi Sultan Hamid II tidak mau, itulah semangat nasionalisme Sultan Hamid II yang tak pernah terungkap dalam tataran sejarah negara ini, sama dengan sumbangsih Sultan Hamid II di KMB 1949 dan Perancang Lambang Negara RI, 1950.

Peran Putra Kalbar dan Sejarah Gambar Garuda Pancasila hingga Menjadi Lambang Negara RI

 SULTAN HAMID II ADALAH PERANCANG LAMBANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

(By Yayasan Sultan Hamid II Jakarta)

Sepanjang orang Indonesia, siapa tak kenal burung garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila), Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu?

DIA adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab --walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak - keduanya sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II.

Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran.

Pada tanggal 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar - karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat dimarah.

Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara.

Berdasarkan transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Mas Agung (18 Juli 1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

21 July 2011

Antara Melayu Sambas dan Melayu Jakarta (Betawi)


Melayu atau Dayak merupakan orang-orang dengan ras yang sama. Hendaknya kita cari tau dulu perkataan "Melayu" itu berasal dari mana? kemudian Siapa saja yang disebut Melayu? Apa ketentuannya? Jika Melayu merujuk kepada Ras atau Bangsa maka Melayu bukan saja milik Melayu Islam (sekarang) tetapi juga Melayu Kristen atau Animisme. Sama seperti Bangsa Arab ada Arab Islam dan juga ada Arab Kristen.

Setahu saya perkataan Melayu itu mulanya berasal dari kata "Mo Lui Ya" sebutan bahasa salah satu suku di China yang artinya "tidak punya uang". Sebenarnya nama itu hanya gelaran saja untuk menunjuk identitas orang nusantara (pada saat itu memang orang nusantara tidak mengenal uang sehingga barterlah cara berdagang yang lazim).

Sebutan tersebut semakin lama semakin digunakan dan semakin menyebar dengan perubahan dialeg dalam kurun waktu tertentu sehingga berubah huruf menjadi "Me La Yu". Lidah orang nusantara tentu berbeda dengan orang China sehingga perubahan bunyi tersebut sangat memungkinkan terjadi. Kalau tidak salah ada artikel yang menguatkan pengertian tersebut dimana dahulu memang pernah terjadi perdagangan antara China dengan orang nusantara dengan cara barter.

20 July 2011

Hakikat Ilmu - Syeikh Abul Hasan Asy-Asyadzily ra.


Syeikh Abul Hasan Asy-Asyadzily ra. 


Aku melihat seakan-akan diriku berada di hadapan Allah  Azza  wa-Jalla,  lalu Dia berfirman: “Janganlah engkau  merasa  aman  dari makarku sedikitpun walaupun Aku menjaminmu. Sebab ilmu-Ku  tidak bisa dijangkau oleh orang yang menjangkau. Demikian pula kondisi mereka. Janganlah engkau menoleh pada ilmu, amal dan pertolongan. Jadikan dirimu bersama-Ku dan bagi-Ku dalam seluruh (ilmu, amal,  pertolongan) selamanya.”
Janganlah  engkau  sebarkan ilmumu agar  engkau  dibenarkan  oleh manusia. Namun sebarkanlah ilmumu agar Allah membenarkan  dirimu, walaupun ada sebab yang mencercamu. Maka sebab yang ada  diantara dirimu dan Allah dimana datangnya dari arah perintah-Nya kepadamu itu lebih baik bagimu daripada sebab yang ada diantara dirimu dan manusia,  dari  sisi, dimana Allah melarangmu.
Suatu  sebab  yang engkau  bisa  kembali  kepada Allah lebih baik  dari  sebab  yang memutuskan  dirimu dengan Allah. Untuk tujuan itulah  Allah  mengaitkan dirimu dengan pahala dan siksa. Sebab tak ada yang  diharapkan dan ditakuti kecuali dari sisi Allah. Allah cukup  sebagai Pendamping  dan Pembenar. 

Hendaknya engkau selalu  bersama  Allah sebagai  orang  yang alim dan pengajar.  Cukuplah  Allah  sebagai Penunjuk,  Penolong  dan  Kekasih. Yakni  Penunjuk  yang  memberi petunjuk padamu, dan menunjukkan bersamamu dan kepadamu; Penolong yang  menolongmu,  menolong bersamamu dan  tidak  menolong  yang membuatmu  sengsara; sebagai Kekasih yang mengasihimu,  mengasihi bersamamu dan tidak mengasihi yang mencelakakanmu.

Ilmu-ilmu  ini mengandung beberapa firasat dan  penjelasan  dalam obyek-obyek  jiwa,  dalam bisikan-bisikan,  cobaan  dan  kehendak jiwa.  Hati, harus melakukan analisa, penentraman dan pendasaran menurut jalan tauhid dan syariat, dengan kejernihan mahabbah  dan keikhlasan demi agama dan sunnah. 

Setelah itu, mereka  mendapatkan  tambahan-tambahan  dalam tahap-tahap  yaqin:  berupa  zuhud, sabar, syukur, harapan, ketakutan, tawakkal, ridha dan sebagainya, dari  tahap-tahap  yaqin. Inilah jalan para  penempuh  amal  bagi Allah.

Sedangkan  Ahlullah  dan kalangan khusus-Nya,  adalah  kaum  yang ditarik dari keburukan dan prinsip-prinsipnya. Mereka  diperamalkan untuk kebajikan dan cabang-cabangnya. Mereka dicintakan untuk khalwat, dan dibukakan pintu jalan munajat. Allah  memperkenalkan diri pada mereka, sehingga merekapun kenal Dia. Allah  memberikan kecintaan kepada  mereka sehingga  mereka  mencintai-Nya.
Allah menunjukkan  jalan dan mereka menempuh jalan itu.  Mereka  selalu bersama-Nya dan bagi-Nya. Mereka tidak dibiarkan untuk yang lain-Nya,  dan  mereka tidak ditutupi dari-Nya.  Namun  justru  mereka tertutup —bersama-Nya— dari selain-Nya. Mereka tidak mengenal selain  Dia dan tidak pula mencintai selain Dia.  ”Mereka  adalah orang-orang  yang  oleh Allah diberi petunjuk dan  mereka  itulah orang-orang yang memiliki hati nurani.”

Mengenal Hakikat Allah SWT

Oleh : Syeikh Abdul Halim Mahmud


Perbincangan tentang Allah cukup banyak dari berbagai dimensinya. Namun dimensi Sufi memandang Allah lebih istemewa dan khusus, yaitu pada tinjauan Cinta kepada Allah. Dalam dunia Sufi soal cinta kepada Allah swt, juga tiada terhingga banyaknya.

Kajian tentang Allah sangat berbeda dengan kajian  para Ahli Kalam (teologi), apalagi jika dibandingkan kajian para Filosuf.

Kaum Sufi dalam cintanya kepada Allah mengikuti jejak cintanya Rasulullah saw,  sebagaimana orang Arab pernah mengomentari, “Sesungguhnya Muhammad telah asyik dengan Tuhannya.” Sayangnya orang-orang kafir Arab tidak beriman kepada Rasulullah saw. Atas cintanya kepada Allah swt.

Kaum Sufi kemudian menggelorakan cintanya kepada Allah swt, seperti yang diungkapkan oleh Rasbi’ah Adawiyah, Asy-Syibly, Imam Ibnu Masyisy, dan mayoritas kaum sufi lainnya, hingga disebutkan, “Tasawuf adalah cinta. Cinta pada Allah dan RasulNya, serta patuh pada Allah dan RasulNya.”

Diantara para pengkaji Allah ada yang meninjau dari segi WujudNya, sedangkan kaum Sufi sama sekali tidak meninjau WujudNya, baik dengan cara berdalil maupun bukti. Sehingga Ibnu Athaillah as-Sakandary mengungkapkan perspektif akademi Tasawuf dalam kitabnya, Lathaiful Minan, tentang Allah swt:
“Apabila makhluk ciptaan Allah swt, tidak memerlukan bukti untuk menjelaskan dan menegakkan dalilnya, maka – apalagi – Sang Pencipta sudah tidak perlu bukti untuk AdaNya.”

Pemikiran ini mengembalikan perspektif yang benar berhubungan dengan pandangan para teolog tentang , “Penetapan Wujud Allah.”

Pandangan Ibnu Athaillah merupakan sisi yang dikembangakan para Sufi, dan mayoritas pengikut Imam Abul Hasan asy-Syadzily,  yang mengatakan, “Bagaimana Allah diketahui melalui orang yang ‘arif (mengenal Allah) sedangkan  segala pengetahuan itu diketahui melalui Allah? Atau bagaimana Allah diketahui dan dikenal melalui sesuatu sedangkan Wujud Allah mendahului segala sesuatu?” (Lihat Lathaiful Minan)

Beliau juga menegaskan:
“Nah, seharusnya, kita memandang Allah swt dengan mata iman, sehingga kita tidak lagi perlu bukti dan dalil, karena kita  tidak pernah melihat siapa pun dari makhluk, apakah masih ada Wujud selain Allah swt Sang Diraja? Kalau toh ada, maka seperti ruang hampa di udara, jika anda teliti anda tidak temukan apa-apa”.

Ibnu Athaillah juga mengikuti jejak beliau, yang kemudian menegaskan:
“Diantara hal yang sangat mengherankan bila semesta alam mini dianggap bisa menghubungan dengan Allah – menurutku – apakah masih ada wujud lain selain Allah? Ataukah masih ada yang lebih jelas – untuk menjelaskan – sehingga alam ini menjadi penjelas bagi Allah?”

Bagaimana alam semesta bisa menjelaskan tentang Allah? Sedangkan Allahlah yang memunculkan alam semesta ini, atau bagaimana alam mini bisa mengenalkan Allah sedangkan alam mini dikenalkan oleh Allah?”

Inilah pandangan yang dikenalkan oleh Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili kepada para muridnya  dan tersebar di kalangan mereka yang kelak dikutip oleh Syeikh Ibnu Athaillah as-Sakandary dalam kitab-kitabnya. Diantaranya adalah:
“Bagi yang masih membutuhkan dalil dan bukti, itu hanya bagi kalangan publik umum yang selalu ingin memandang dengan nyata, karena mereka ini  menyucikan Allah swt melalui manifestasi tampilanNya yang dinilai butuh bukti. Namun bagaimana membutuhkan bukti pada Dzat yang menegakkan bukti itu sendiri? Bagaimana bisa dikenal melalui bukti, sedangkan Dialah yang mengenalkan bukti itu?”

Syeikh Abul Hasan asy-Syadzili dan para pengikutnya telah mengembalikan Islam yang benar sehubungan dengan Wujud Allah. Bahwa WujudNya itu lebih jelas dan lebih gamblang sehingga sama sekali tidak butuh bukti lagi. Bahwa Kemahasucian Allah swt itu, tidak bisa dikhayalkan WujudNya oleh orang yag beriman kepadaNya. Sedangkan Kemaha AgunganNya – yang merupakan pandangan keimanan orang beriman– sama sekali jauh dari perspektif sedemikian rupa dengan mengimajinasikan dan mengkhayalkan Wujud tersebut, sehingga malah menimbulkan penyimpangan.

Abu Nawas dalam Secuil Biografi

Abu Nawas Penyair Yang Sufi


Ilahi, lastu lilfirdausi ahla. Wala aqwa ‘ala naril jahimi, Fahab li tawbatan waghfir dzunubi. Fainaka ghafirud dzanbil adzimi
Tuhanku, Hamba tidaklah pantas menjadi penghuni surga (Firdaus). 
Namun, hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka.
Maka berilah hamba tobat dan ampunilah hamba atas dosa-dosa hamba. 
Karena sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Mahaagung 


Dua bait syair di atas tentu sudah sangat akrab di telinga masyarakat Indonesia terutama kaum tradisionalis Islam. Beberapa saat menjelang shalat Magrib atau Subuh, jemaah di masjid-masjid atau musala di pedesaan biasanya mendendangkan syair tersebut dengan syahdu sebagai puji-pujian. Konon, kedua bait tersebut adalah hasil karya tokoh kocak Abu Nawas. Ia adalah salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik. Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah 1001 Malam.

Bagi masyarakat Islam Indonesia, nama Abu Nawas atau Abu Nuwas juga bukan lagi sesuatu yang asing. Abu Nawas dikenal terutama karena kelihaian dan kecerdikannya melontarkan kritik-kritik tetapi dibungkus humor. Mirip dengan Nasrudin Hoja, sesungguhnya ia adalah tokoh sufi, filsuf, sekaligus penyair. Ia hidup di zaman Khalifah Harun Al-Rasyid di Baghdad (806-814 M).

 Selain cerdik, Abu Nawas juga dikenal dengan kenyentrikkannya. Sebagai penyair, mula-mula ia suka mabuk. Belakangan, dalam perjalanan spiritualnya mencari hakikat Allah dan kehidupan sejati, ia menemukan kehidupan rohaniahnya yang sejati meski penuh liku dan sangat mengharukan. Setelah mencapai tingkat spiritual yang cukup tinggi, inspirasi puisinya bukan lagi khamar, melainkan nilai-nilai ketuhanan. Ia tampil sebagai penyair sufi yang tiada banding.
Nama asli Abu Nawas adalah Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami. Dia dilahirkan pada 145 H (747 M) di kota Ahvaz di negeri Persia (Iran sekarang), dengan darah dari ayah Arab dan ibu Persia mengalir di tubuhnya. Ayahnya, Hani al-Hakam, merupakan anggota legiun militer Marwan II. Sementara ibunya bernama Jalban, wanita Persia yang bekerja sebagai pencuci kain wol. Sejak kecil ia sudah yatim. Sang ibu kemudian membawanya ke Bashrah, Irak. Di kota inilah Abu Nawas belajar berbagai ilmu pengetahuan.

Antara Ilmu dan Kebodohan - Saidina Ali ra

Ilmu dan Kebodohan

Sayyidina Ali K.W
  1. Orang yang bodoh adalah yang menganggap dirinya tahu tentang makrifat ilmu yang sebenarnya tidak diketahuinya, dan dia merasa cukup dengan pendapatnya saja.
  2. Orang yang alim mengetahui orang yang bodoh karena   dia dahulunya adalah orang yang bodoh, sedangkan orang yang bodoh tidak mengetahui orang yang alim karena dia tidak pernah menjadi orang alim.
  3. Orang bodoh adalah kecil meskipun dia orang tua, sedangkan orang alim besar meskipun dia masih remaja.
  4. Allah tidak memerintahkan kepada orang bodoh untuk belajar sebelum Dia memerintahkan terlebih dahulu kepada orang alim untuk mengajar.
  5. Segala sesuatu menjadi mudah bagi dua macam orang: orang alim yang mengetahui segala akibat dan orang bodoh yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi padanya.
  6. Ada dua orang yang membinasakanku: orang bodoh yang ahli ibadah dan orang alim yang mengumbar nafsunya.
  7. Imam `Ali a.s. menjawab pertanyaan seorang yang bertanya kepadanya tentang kesulitan, dia berkata, “Bertanyalah engkau untuk dapat memahami, dan janganlah engkau bertanya dengan keras kepala. Sebab, sesungguhnya orang bodoh yang terpelajar serupa dengan orang alim, dan orang alim yang sewenang-wenang serupa dengan orang bodoh yang keras kepala.”
  8. Engkau tidaklah aman dari kejahatan orang bodoh yang dekat denganmu dalam kekerabatan dan ketetanggaan. Sebab, yang paling dikhawatirkan terbakar nyala api adalah yang paling dekat dengan api itu.
  9. Alangkah buruknya orang yang berwajah tampan, namun dia bodoh. la seperti rumah yang bagus bangunannya, tetapi penghuninya orang yang jahat, atau seperti taman yang penghuninya adalah burung hantu, atau kebun kurma yang penjaganya adalah serigala.
  10. Janganlah engkau berselisih dengan orang bodoh, janganlah engkau mengikuti orang pandir, dan janganlah engkau memusuhi penguasa.
  11. Yang engkau lihat dari orang yang bodoh hanyalah dua hal: melampaui batas atau boros.
  12. Sebodoh-bodoh orang adalah orang yang tersandung batu dua ka1i.
  13. Menetapkan hujah terhadap orang bodoh adalah mudah, tetapi mengukuhkannya yang sulit.
  14. Tidak ada kebaikan dalam hal diam tentang suatu hukum, sebagaimana tidak ada kebaikan dalam hal berkata dengan kebodohan.
  15. Tidak ada penyakit yang lebih parah daripada kebodohan.
  16. Dan tidak ada kefakiran yang sebanding dengan kebodohan.  

Passan Pala' Kesah

Awalnya blog ini dibuat hanya iseng untuk mendokumentasikan dan mengumpulkkan khazanah tanah kelahiran yang hampir terlupakan generasi muda. Berawal dari postingan permainan rakyat dan kamus mini bahasa Melayu Sambas, admin terus memperbaiki SEO dan postingan dan berupaya memenuhi apa yang diinginkan pembaca blog ini. Setelah di analisa, ternyata kebanyakan pengunjung blog ini mencari tentang sejarah kelam Sambas 1999.

Inginya blog ini difokuskan untuk sejarah, budaya dan segala sesuatu yang terkait dengan tanah kelahiran, namun pada perjalanannya admin banyak menemukan artikel menarik dan sengaja direpost disini untuk arsip pribadi. Sungguh sangat tidak disangka ternyata banyak juga pembaca punya ketertarikan yang sama dengan fenomena akhir zaman yang semakin nyata. Untuk saat ini admin akan fokus pada artikel tentang Dajjal dan Imam Mahdi yang dipastikan sebentar lagi akan tiba. Apabila pembaca menemukan artikel yang menarik haraplah berikan hujatan, celaan atau komentarnya...^_^

Jika ada yang tertarik untuk menjadi penulis di blog ini, atau tukar link sesama blogger, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi admin

Hariyono Al Kifri