Mengungkap aksi Kerusuhan yang terjadi di Kab Sambas, Kalimantan Barat pada era pra reformasi hingga sekarang masih tabu untuk di tulis di media massa terutama jejaring internet. Begitu sulitnya mencari informasi ini disini menurut saya sangatlah wajar karena Konflik Etnis yang terjadi pada tahun 1999 itu melibatkan etnis besar di Kalimantan Barat yaitu suku Melayu Sambas yang didukung oleh etnis Dayak VS suku Madura. Jika hal ini diungkap dengan tidak adil dikhawatirkan akan membuka memoar lama yang begitu perih dan berakibat fatal serta memicu hal serupa terulang kembali. Namun sejarah bukanlah sebuah benda keramat yang tak tersentuh walaupun itu sangat menyakiti berbagai pihak karena presiden pertama kita pernah mengatakan "jangan sekali-kali melupakan sejarah". Disini saya mengajak para pembaca sekalian "marilah kita melihat sejarah dari sudut pandang mencari ibrah bukan mencari siapa yang salah".
KOMPAS
Rabu, 20 Desember 2000
KONFLIK ETNIS DI KALIMANTAN BARAT BAK LUKA YANG TAK SEMBUH-SEMBUH
SEJAK akhir tahun 1962, pertikaian etnis sepertinya sulit terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat Kalimantan Barat. Sekalipun sudah ribuan nyawa manusia yang tidak berdosa melayang, puluhan ribu tempat tinggal dan tempat usaha hangus dibakar, namun bibit konflik itu terus saja membara. Bahkan, dalam empat tahun ini tercatat telah empat kali meletus kerusuhan besar, sedangkan yang kecil tidak bisa dihitung lagi.
Setiap kali terjadi pertikaian etnis pasti dijumpai perlakuan yang tidak manusiawi terhadap korban. Bayangkan saja, setelah tewas dibunuh, lawan dari etnis berlainan tersebut memenggal tubuh korban menjadi beberapa potong. Kepalanya ditenteng dan dipamerkan di jalan raya, atau ditendang seperti bola. Anehnya, pelaku pun tampak sangat berbangga serta bergembira dengan tindakan itu. Nyawa manusia seolah menjadi tidak berharga di hadapan mereka yang bertikai.
Kesepakatan perdamaian selalu
digalakkan pejabat setempat serta pemimpin dari kelompok yang bertikai.
Namun, semua itu hanya manjur sesaat. Kalau terjadi lagi senggolan
kendaraan bermotor, perkelahian antarwarga yang melibatkan warga yang
kebetulan beretnis Melayu atau Dayak dengan Madura, kerusuhan tersebut
berpotensi meletus kembali. Persoalan antarpribadi dengan mudah serta
cepat dapat berubah menjadi konflik antar-etnis. Dalam sekejap konflik
pun menjalar ke berbagai kawasan. Semua itu karena luka batin yang
diderita selama ini belum mampu tersembuhkan, sehingga masyarakat juga
dengan mudah terprovokasi dalam solidaritas sosial yang sempit.
BERDASARKAN catatan Prof Dr Syarif
Ibrahim Alqadrie, Guru Besar Sosiologi Universitas Tanjungpura (Untan),
konflik etnis di Kalbar sudah terjadi 12 kali. Sepuluh kali melibatkan
Dayak dengan Madura, yakni pada tahun 1962, 1963, 1968, 1972, 1977,
1979, 1983, 1996, 1997 dan 1999. Sekali antara Dayak dengan Tionghoa,
yakni 1967. Kemudian dua kali Melayu dengan Madura, yakni tahun 1999 dan
2000.
Dari ke-12 kali konflik etnis
tersebut, yang terdahsyat adalah pertikaian Dayak dengan Madura pada
tahun 1996 dan 1997. Saat itu konflik yang berawal dari Kampung Sanggau
Ledo menyebar ke sejumlah kecamatan di Kabupaten Sambas, kemudian meluas
hingga ke Kabupaten Pontianak, Sanggau dan Kodya Pontianak. Tragisnya,
di mana dan kapan pun anggota dari kedua kelompok etnis ini bertemu
cenderung saling kontak fisik atau saling membunuh.
Setelah itu, menyusul pertikaian
antara Melayu dan Dayak dengan Madura di Kabupaten Sambas pada tahun
1999. Konflik yang ini menjadi lebih parah, sebab ribuan masyarakat
Madura di Sambas harus diungsikan ke berbagai lokasi di Kodya Pontianak
dan Singkawang. Dan hingga kini, pengungsi tetap dibiarkan bertahan
dalam kamp pengungsian dan rumah keluarga sekaligus bergulat dengan
1.001 penderitaan.
Keinginan kembali ke Sambas pun
ditolak penduduk asli. Relokasi yang dijanjikan pemerintah, baru
sebagian kecil yang direalisasikan. Rekonsiliasi antara masyarakat
Dayak, Melayu dengan Madura terkesan diambangkan penguasa, sehingga
pengungsi Sambas benar-benar berada di dalam ketidakpastian masa depan.
Lebih menyakitkan lagi, ketika
persoalan yang satu belum tuntas, lalu meletus lagi pertikaian yang sama
yang melibatkan Melayu dan Madura di Kota Pontianak pada 25-27 Oktober
2000. Peristiwa ini seolah ikut memupuskan harapan pengungsi Sambas
untuk melakukan rekonsiliasi dan kembali ke tempat asalnya di Kabupaten
Sambas.
"Sepertinya ada pihak tertentu yang
tak rela melihat masyarakat Melayu, Dayak dengan Madura di Sambas
berdamai. Sebab fakta yang ada selama ini selalu memperlihatkan bahwa
setiap kali pemuka masyarakat dari ketiga suku hendak tercapai
kesepakatan, tiba-tiba saja meletus konflik baru baik berskala kecil
maupun besar," tutur Muniran, tokoh masyarakat Madura.
Harus diakui, semakin beruntunnya
konflik etnis di Kalimantan Barat, khususnya selama empat tahun
terakhir, telah melahirkan bibit permusuhan antarkelompok masyarakat
begitu subur berkembang. Benih kecurigaan telah bertebaran di mana-mana.
Masyarakat sendiri semakin sulit membedakan persoalan pribadi maupun
kelompok. Suasana hidup di Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten
Sambas, Bengkayang, Landak, Pontianak dan Kota Pontianak pun menyerupai
api dalam sekam.
Apabila dirunut ke belakang,
sebetulnya masyarakat Madura dan Kalimantan Barat memiliki hubungan
sejarah. Pada awal abad ke-18 saat perang melawan Kerajaan Riau,
sejumlah sukarelawan asal Madura yang tergabung dalam pasukan Kerajaan
Mataram secara khusus ditugaskan ke Kalbar untuk membantu Kerajaan
Sambas. Setelah pertempuran berakhir, sejumlah sukarelawan Madura tidak
bersedia kembali ke tanah asalnya. Mereka memilih bertahan di Sambas,
lalu menikah dengan gadis Melayu setempat.
Kedatangan berikutnya pada awal abad
ke-20, sekitar tahun 1902. Setelah itu, eksodus masyarakat Madura secara
swakarsa tersebut makin marak hingga saat ini. Di Kalbar, mereka
umumnya bekerja sebagai petani, buruh kasar, peternak dan pedagang.
Pilihan pekerjaan ini disebabkan tingkat pendidikan mereka rata-rata
tidak tamat Sekolah Dasar (SD).
Di mata penduduk asli Kalbar,
masyarakat Madura dinilai rajin, ulet dan terampil dalam memelihara
tanaman serta hewan. Seekor sapi yang sebelumnya sangat kurus, setelah
dipelihara serta dirawat orang Madura selama beberapa pekan, langsung
gemuk. Maka tak heran, kalau kebutuhan daging sapi di Kalbar sebagian
besar dipasok masyarakat Madura setempat.
Di balik kelebihan ini, ternyata masih
ada sederetan perilaku yang dinilai penduduk Kalbar sebagai hal yang
negatif. Hal tersebut antara lain selalu menggunakan senjata tajam dalam
menghadapi atau menyelesaikan konflik. Dan bagi penduduk asli, kalau
salah seorang warganya terkena senjata tajam, maka harus diselesaikan
secepatnya dengan upacara adat setempat, baik berupa pendinginan darah
maupun pergantian biaya obat-obatan. Di samping itu, pelakunya
menjalani proses hukum.
"Inilah yang sering menjadi masalah,
sebab orang Madura selalu tidak bersedia menjalani hukum adat. Bahkan,
ketika pelakunya sudah ditahan polisi pun, mereka berusaha dengan segala
cara supaya pelaku dibebaskan. Akibatnya, timbul kekecewaan dari
keluarga serta kerabat korban. Mereka lalu membalasnya dengan melukai
atau membunuh pelaku atau kerabat pelaku. Kemudian meletuslah
kerusuhan," tutur Slamet AG (62), pensiunan Polri. Lelaki asal Bantul,
DI Yogyakarta ini sudah sekitar 30 tahun bertugas di Kalbar.
Arogansi lain dari beberapa warga
Madura, tambah Prof Dr Syarif Ibrahim Alqadrie, adalah cenderung
membiarkan hewan piaraannya memasuki kebun milik orang lain. Batas lahan
atau tanah pun digeser semaunya. Kalau ditegur pemilik tanah yang
dirugikan, langsung diancamnya dengan senjata tajam. Hasil pertanian dan
barang dagangan orang lain pun diambil sesuai kehendaknya.
"Kalau dituduh mencuri, mereka
berkilah bahwa pencurian hanya dapat dilakukan pada malam hari.Sedangkan
pengambilan barang itu dilakukan siang hari," tutur Syarif Ibrahim yang
sudah beberapa kali meneliti kerusuhan sosial di Kalbar. Pelaku,
katanya, umumnya mereka yang baru datang dari kampung asalnya di Madura.
"Maka, kerusuhan sosial di Sanggau
Ledo, Sambas atau konflik etnis lainnya yang berskala kecil maupun besar
selama ini di Kalbar adalah akumulasi dari kemarahan, kekecewaan,
kebencian, keterhinaan, keterhimpitan, kepedihan maupun
ketidakberdayaan. Hal itu merupakan implikasi dari semua pengalaman
pahit yang dialami selama ini lewat berbagai perilaku preman yang
menyakitkan," tambahnya.
Kendati demikian, persoalan yang
timbul adalah mengapa terjadi penyamarataan terhadap setiap warga
Madura? Tragisnya lagi, mereka yang tidak bersalah atau beberapa
perempuan atau lekaki Melayu dan Dayak yang sudah terasimilasi dalam
perkawinan ikut menjadi sasaran kebrutalan massa, serta dilarang
menetap di Kabupaten Sambas.
"Terus terang, saya jadi tak mengerti
lagi dengan kerusuhan di Sambas tempo hari. Bayangkan, saya ini orang
Melayu yang kebetulan beristrikan orang Madura. Tetapi, dalam kerusuhan
Sambas, rumah kami dibakar oleh orang Melayu. Bahkan, sampai sekarang
dilarang kembali ke Sambas. Apa salah kami?" tegas Thamrin (48), ayah
enam anak yang kini menderita cacat pada kedua tangannya. Dia bersama
keluarganya sedang pengungsi di Stadion Sultan Syarif Abdurrahman
Pontianak. Di Sambas, mereka menetap di Desa Kawakan, Kecamatan
Sejangkung.
Sejumlah masyarakat Madura mengakui
ada sejumlah sesamanya yang agak kurang menyatukan diri dengan
lingkungan masyarakat Kalimantan Barat. Namun, kenyataan ini tidak bisa
digeneralisasikan semua warga Madura. Masih banyak orang Madura yang
bersikap akomodatif, toleransi dan selalu bersahabat dengan masyarakat
suku lain di Kalbar.
Akar persoalan, kata mereka, terletak
pada tak adanya kepastian hukum. Kalau terjadi kecelakaan, pencurian
atau perkelahian, aparat penegak hukum tidak serius menindaknya. Bahkan,
memberi peluang bagi pelaku terbebas dari segala tuntutan hukum.
Sebagai kompensasi, mereka diberikan sejumlah uang.
"Bagi orang Madura, tawaran polisi ini
pasti langsung disambut baik. Sebab tahanan dan penjara dalam pandangan
orang Madura adalah menyakitkan dan memalukan. Mereka rela menjual
sapi beberapa ekor, yang penting sanak keluarganya dibebaskan," kata
Haji Ramini, Ketua Ikatan Keluarga Korban Kerusuhan Sambas (IK3S).
"Jadi, kalau mau jujur, aparat penegak
hukum merupakan penyebab dari semua tragedi berdarah di Kalbar. Kalau
oknum-oknum yang sering mengganggu ketenangan dan keharmonisan warga
ditangkap, dan diadili, kemudian hukum pun benar-benar ditegakkan,
takkan mungkin kasus yang menyerupai pembasmian etnis ini terjadi
terus-menerus," tambahnya.
Salah satu bukti kasus Pontianak 25-27
Oktober 2000 lalu. Kasus itu hingga kini sepertinya hendak didiamkan,
sebab belum satu pelaku utama atau provokator yang ditangkap atau
diseret ke pengadilan. Sebanyak 13 berkas perkara yang dilimpahkan
kepada Kejaksaan Negeri Pontianak pertengahan November 2000 silam,
dengan pelakunya adalah mereka yang kedapatan membawa senjata tajam saat
sweeping aparat TNI/Polri.
"Ketidakseriusan aparat Polri dalam
mengusut, menangkap sekaligus menghukum pelaku serta dalang kerusuhan,
berarti menyimpan bom waktu bagi masyarakat Kalbar. Sebab, tidak
tertutup kemungkinan, peristiwa yang sama meletus kembali di waktu
mendatang," tegas Muniran.
Ketidakadilan dan perilaku memang
merupakan salah satu variabel utama mendorong timbulnya konflik
antaretnis di Kalbar. Namun kasus ini tak berdiri sendiri. Apalagi
peristiwa yang sama sudah terjadi 12 kali di wilayah tersebut. Bahkan
berpotensi untuk meletus lagi di waktu-waktu mendatang.
Syarif Ibrahim Alqadrie melihat
kepemimpinan politik juga ikut memicu pertikaian. Pemimpin formal
setempat, seperti gubernur maupun bupati dinilai belum mampu mengelola
pluralitas etnik sebagai suatu kekuatan untuk memajukan kepentingan
bersama. Sebaliknya, perbedaan yang ada diupayakan sedemikian rupa agar
tidak rukun, sehingga dengan mudah diadu-domba untuk menimbulkan konflik
horizontal. Strategi ini merupakan bagian dari upaya mempertahankan
kekuasaan dan memperkuat posisi kepemimpinan.
Dalam teori konflik, jelas Syarif
Ibrahim, kalau sebuah daerah atau negara sering terjadi konflik,
timbullah instabilitas keamanan dan sistem ketatanegaraan serta
pemerintahan pun akan semakin lemah. "Keadaan demikian tentu sangat
menguntungkan pemimpinnya. Kekuasaan tetap langgeng, dan semakin tidak
tergoyahkan. Sebab konsentrasi warga lebih tertuju kepada bagaimana
menjaga keamanan. Sebaliknya, kalau stabilitas keamanan terpelihara
dengan baik, sebagian masyarakat pun akan menggoyang kedudukan
pemimpinnya. Ini yang paling ditakuti para pemimpin formal yang tidak
merakyat," jelas Syarif Ibrahim.
Terlepas dari beragamnya pendapat soal
latar belakang pertikaian etnis di Kalbar, namun satu hal yang pasti
seluruh masyarakat selalu menginginkan ketenangan, kedamaian,
persaudaraan, serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.
Ini berarti, perlu dilakukan rekonsiliasi ke arah perdamaian yang abadi
antarkelompok etnis yang bertikai. Dengan demikian, segala macam
dendam, permusuhan maupun konflik batin lainnya yang masih bersemi
dalam sanubari masyarakat segera dimusnahkan.
Foto-Foto Ilustrasi Korban Kerusuhan Sambas (Maaf bukan foto yang sesungguhnya ya, pada waktu itu belum ada orang samabas yang memiliki kamera digital)
Salam Damai...... PEACE |
ngeriiiiii
ReplyDeletemas mas mas..... Fotonya jangan di Umbar......... Jangan ungkit luka, palagi kami sebagai generasi muda. Kami juga bingung kenapa orang yang tua tua tua tua tua........ Masih saja ga bolehin m***** k Sambas..........
ReplyDeleteApapun hasil kerusuhan sambas itu yang pasti semuanya dirugikan,utamanya masyarakat sendiri walopun madura sudah dibilang tdk ada toh masih tetap miskin juga,penjahat semakin banyak,prilaku amoral meningkat,agama sangat berkurang,bangunan gereja meluber seantero sambas,,,,berarti masyarakat sambas kena tipu...
ReplyDeletemau miskin kaya .yg pasti kami melayu tidak akan biar kan 1 anak keturunan madura coba coba masuk ke sambas
DeleteApalagi mau coba coba jajah dipontianak.curi curi tanah berkavling di pinggiran kota pontianak di ambawang.tayan.desa kapur.kuala kuburaya.punggur kakap.perdamaian ujung kota baru............kami melayu dr sambas.pontianak akan menyerbu seluruh antero kota pontianak dan pinggiran nya
Jangan harap kami menerima kalian madura
terus terang jax...suku madure,memang dilarang masuk k kab.sambas.....
ReplyDeleteBagus bang
DeleteSaya melayu dipontianak
Mantau terus
Bahaya nih madura pelarian dr sambas .banyak kepontianak mereka galak curi tanah berkavling kavling dan kembang biak org mereka.terutama.di ambawang tayan.desa kapur.kuala kuburaya.punggur.kakap.pokok pinggiran pontianak yg banyak hutan habis digarap dicuri mereka
Saye nek kasik tau saudara ku melayu di sambas pemangkat dimane ja..serbuuu kote pontianak serta pinggiran e..dan buat raje keraton pontianak awasi tanah tanah pinggiran kote .dicuri bangse madure pencuri
KENALI JA MUKE ORG MADURE BANG QU..TOLAK USIR .JGN SAMPAI MEREKA KEMBANGBIAK DISANA .PEMANGKAT DAN SEKITARAN SAMBAS .....
Msh leh tdk ya madura prgi k smbas. Gmna cba lw cwe madura dapat jdoh orag smbas.
ReplyDeleteNajis pemude melayu nek pacaran dekat cewek maduree..kayak dak ada cewek melayu aja.malah cewek melayu cantik cantik
DeleteSaya aja najis amit amit mau dekat dekat cewek madura .yang najis najis
Jangan mimpi mau bersatu sama orang melayu .... apalagi mau injak sambas
Kalian ada kampung di jawa timur sana .
Pontianak.Sambas.dan kota lain nya tempat org org melayu dan dayak
SEKALI LAGI JANGAN NGIMPI ORG ORG MELAYU MAU BERSATU MA MADURA
saya dari suku madura di pontianak, saya salut sama mas yg telah membangun blog ini, ini bisa menjadi motivasi bagi anak muda seperti kami bersolidaritas antara suku satu dan suku yg lain nya, yah dalam kenyataan bagi saya sendiri apa bila ada org ngomong jelek tentang org madura krn tragedi sambas, siapa sih gak marah.pertanyaannya mengapa? karna itu suku kami, sebalik nya juga suku lain di kalbar, mereka juga akan marah, apabila sukunya di pandang sebelah mata. dan perkataan mas tadi juga benar tentang org madura yg apabila ada pertikaian sedikit langsung mengeluarkan senjata itu sangat betul sekali, saya mengakui itu.
ReplyDeletesebenarnya sih menurut saya itu bukan jago, tapi sok sokan.
saya gak mendukung siapapun disini, saya hanya iri dgn org terdahulu dan sekarang di kota sambas bisa melihat pemandangan yg indah di kota sambas, saya sangat iri karna saya seorang potographer, dan sangat ingin kesana tp yah jujur aja saya sangat takut, dan itu jujur dr hati nurani saya, dan juga karna kebetulan temen" saya juga banyak keturunan melayu sambas jadi saya sering di PHP kan mereka tentang keindahan kota sambas.
pesan dari saya, jgn anggap kami hanya sebelah mata, kami bisa kok bersolidaritas antara suku manapun, hanya org madura yg bodoh aja yg menganggap suku lain itu musuh, malahan saya sama anak anak melayu sambas disini (PONTIANAK) bisa saling bercanda satu sama lain dan tertawa bersama.
semangat buat blog ini. smoga kata kata hati saya ini bisa membuka hati para orang", di sambas, suku dayak maupun suku melayu, terutama bisa membuka hati org MADURA di kalbar untuk saling bersolidaritas antar sesama manusia (Y)spirit
kenapa sih gampangnya kita kena hasutan. padahal hasutan itu kan membawa kita kepd kehncurn. mngp kt tdk mncnth bagaimana khdpan nabi yg brtolak ansur dngn orang2 slain islam. mana harkatnya islam dimata kt?
ReplyDeletesalam buat smuany. wahai sahbt2ku smuanya dimn ltknya kemanusian kt apabila kita hanya menuruti sifat kebinatngan kita. coba tnykn pd diri kt, sudah bruntungkh kita stlh kt brperang?
ReplyDeleteKesalahan bukan untuk diungkit kembali. Mari kita ambil hikmah dari peristiwa itu.
ReplyDeleteMari saling berangkulan, bersama membangun kalbar.
Mudah2an mata ini tak akan lagi menjadi saksi peristiwa semacam itu.
Ambil hikmahnya, agar sama sama menjaga tidak terjadi lagi cerita mcam itu. Jgn saling menyalahkan, itu smua adalah peringata dari Alloh, betapa saling menghargai itu penting.
ReplyDelete@lecchen
ReplyDeletesip bro,,, makasih masukannye,,, sye dsitok hye bniat untok membangun negeri kite lbh baek kdepannye... artikel di atas sngaje sye posting biar kite tau sejarah masa lalu tetue kite, dak ada keinginan secuil pun untk mngulang sejarah kelam iye. tapi sejarah perlu juak kite pelajari biak dak terulang kembali kejahatan masa lalu.... postingan iye pun sngaje saye kutip dari koran KOMPAS biar lbh independen penyajian datanye.... mak tuak saye pun ade yang kawin dg org madura, sye juak bkwan baik dg orng2 madura... kalo orang madura mao maen ke sambas sye piker dak masalah soalnye saye sering bawa kawan sye ke kampong halaman bahkan sempat mampir ke keraton. cume kalo orang madura mao kembali lagi ke sambas saye piker saat itok maseh blm bise.... maklum aja bro memori mase lalu masih membekas di sebagian masyarakat orng sambas....
Aok...
ReplyDeleteBtol..
ya aku tau sedikit karakter madura tapi tidak mendalam soalnya masih muda....
ReplyDelete........
...
..
.
....
soal tinggal itu urusan tuhan .. kalau tidak ada izin tinggal di bumi ya tuhan tinggal bilang terjadilah ... toh madura itu juga mahluk
Aku tak dapat komentar di forum malai lagi (by khan) CHAPTA nya mempersulit dan memihak pihak tertentu hahaha
ReplyDeletetolong ya photonya di hapus saja.
ReplyDeletedah lah. jangan terus di umbar. takutnya nti ada yang tidak setuju, beda pendapat, atau salah paham mengartikan pendapat teman-teman malah jadi masalah.
ReplyDeletesaya juga setuju kalau foto yg di post kan itu dihapus. takutnya nti ada keluarga korban yg difoto itu melihat, malah emosi. karena saya yakin si korban2 itu msh mempunyai keluarga yg masih hidup dan masih mengenali wajah mereka.
hidup bhenika tunggal ika.indonesia demokrasi.bukan anarki.kami warga kab.sintang mencintai perdamaian.
ReplyDeleteMa'kaseh atas semue masukannye,,, Demi kebaikan kite besame,,, Foto-foto yang dak semanggah ye dengan sannang ati saye hapus,,,, PEACE
ReplyDeleteKalau nak numpang di negeri orang
ReplyDeleteDimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,
Jangan tunjukan arogansi mu sebagai suku transmigrasi
Saya dari jambi juga merasa kalau orang² transmigrasi itu pada sok semua
Saya dukung melayu sambas dan dayak kalimantan
Salam dari melayu Jambi
Kapan² jawa pulak kita bantai
ReplyDeleteKadang jawa ni bila dah tiba di negeri orang seolah olah die nak kuase
Kuda lumping dengan mudah die gelar pertunjukan
Bile die susah die tahan tundok kepala sampai ke tanah
Tapi bile die dah pandai pakai sepatu, kepala orang asli berani die pijak
Macam di lampung, hilang dah melayu lampung kini tu
Tapi itu tak kan terjadi di bumi melayu jambi sumatera
Orang transmigrasi berani nak kuase, boleh lepas kepala anak, cucu, mau pun embah embah kau
Sudahlah kau njing,,tak usah banyak cakap je,,macam kau ni paling bnar je,,tengoklah diri kau ndiri,tak usahlah jelek2an suku lain,,pantaslah negri ni tak maju2,,macam mana nak maju kalau provokator macam kau ni mash ade je,,,
DeleteBetol bos..jangan nak provokasi lah
DeleteTak boleh agik kerusuhan. Sayang anak istri yg cantek2...
ReplyDeletekapan kalbar mau maju kl semua merasa paling benar sdri, apapun sukunya kl salah hukum harus dijunjung tinggi, lalu bangkit bangun kalbar buang jauh2 sikut menyikut utk mencapai tujuan krn kl cara itu yg dilakukan tunggu waktu sj utk ribut, tulisan ini cukup bagus sbg koreksi dan introspeksi diri spy membangun kekerabatan kalbar yg lbh baik lagi
ReplyDeletebagi kami putra2 madura ,tak ada kata untuk damai dengan ras primitif anjing dayak iban,,kami akan membalas kasus di sambas dan sampit,,,putra2 madura akan melakukan serangan sangat brutal di seluruh kalimantan,, kalimantan harus menjadi milik madura...itu cita2 dan perjuangan seluruh rakyat madura...
ReplyDeleteKepalamu tu isinya tai kah,,mkkir pake otak,kau cm numpang,,jangan bnyak lagak,,sdh otak ga ada,pantes ja mikirnya ga bisa,,begitukah ajaran muslim yg km tangkap selama ni,,aq muslim bro cm klo lht komentarmu ibarat ayat iblis yg sdh kau pelajari selama ni,,,
DeleteMarii...Kami tunggu kedatangan kalian. setelah itu, Jangan pernah ada lagi yg namanya madura di pulau dayak..
DeleteFORMABES ( forum madura bersatu ) organisasi ini khusus di dirikan untuk menyerang kembali etnis dayak anjing diseluruh kalimantan ...persiapan untuk menuntut balas sudah di persiapkan dengan sempurna...tinggal tunggu waktu yg tepat madura akan membasmi seluruh etnis dayak anjing di pulau kalimantan....
ReplyDeleteNgomong apa sih Cong,,,mw jadi jagoan Lu,,,ga d jawa,jakarta,kalimantan,bikin keributan ja,,memangnya indonesia ni milik mbahmu pa,,,,mikir pake otak,jgn pake dengkul
DeleteSilahkan, kalian yg jual, kami akan borong semuanya..
DeleteIngat...kalian yg duluan mulai.
Jangan nak koar2 di sosmed, mandauku sudah siap, mari kita buktikan
nitip cina sekalian di basmi ya bro
ReplyDeletebagi suku madura yg ingin balas dendam ,,,,silahkan datang lagi ke borneo....bawain sebanyak banyaknya orang madura...saya putra dayak kanayan ,,akan senangsekali ,,bisa mengayau lagi seperti dulu...lagian juga ini mandau kalo gak di pake bisa mubasir....jadi bagi madura datanglah sebanyak mungkin,,,,,dayak akan bikin monas dari tumpukan kepala madura yg menggelinding,,,kena tebas mandau terbang kami ....salam perang jilid 2 dari putra dayak.......
ReplyDeletemelayu, madura, bahkan segelintir dayak juga ada beragama islam..jangsn berperang sesama Islam, kerna cina india hindu buddha kristwn yg bertepuk tangan.. lihat saja malaysia.. dua partai melayu islam berpecah berbalahan, cina india bertepuk tangab sambil menguasai ekonomi dan membina legasi mereka.. anak2 Melayu indonesia berdarah pahlawan semua kapan kalian mau ke malaysia?mari bantulah kami memerangi kaum cina dan india ...dan seterusnya mari bersama kita membina ketamadunan Islam nusantara yg agung di bumi melayu (kemboja,pattani,malaysia,indonesia,filipina,brunei,dan borneo) ini amin..
ReplyDeleteMasak ajak memerangi etnis lain.dasar otaknya di pantat.yang betul itu ajak damai.makan tahi di wc aja dasar otak provokator
DeleteSaya asli melayu sambas,Umat agama yg baik serta suku yg baik ialah org" yg bisa menghargai arti kasih sayang,cinta damai,rasa persatuan, yg lalu biar lah berlalu.ambil hikmah nya,mau dayak,melayu,madura,tionghoa ato suku lain ny kita hidup dlm satu tanah air,kita harus tetap satu. Yg harus kita lawan skg ialah kebodohan,kemiskinan Supaya negara kita lebih di hargai di mata dunia. Ingat kawan,skg zaman ny era globalisasi, berpikir harus maju. Percuma sekolah tinggi " klw mash punya pola pikir dlm menyelesaikan sesuatu masalah harus dgn cara membunuh.
ReplyDeleteMadura bajingan pelaku rampok maupun begal kalo gak dilawan malah diinjak injak,beraninya main keroyok atau main belakang.suka menguasai tempat org lain.dasar anjing kurap
ReplyDeleteGwe ga peduli elu2 dr suku mana,,dayak,madura,jawa,melayu,cina atau apa ja,,,Yg bikin gw heran be dera elu sm2 merah putih,KTP lu sama2 indonesia,Anehnya betapa bodohnya kalian2 ni,,membuat tontonan menyenangkan buat negara lain,,,mempermalukan negara sendiri d mata negara ornag,sesama orang indonesia pnya hoby membunuh,bangga kah bs saling bunuh n menghilangkan nyawa,memang itu nyawa kalian yg buat??kalian yg memciptakan??sebegitu rendahkah harga nyawa di mata kalian yg suka membunuh,di mana letak kebanggaan,,apa kalian pikir hidup cm ada di dunia ja,,,mikirlah pake otak,jgn pake senjata,mikir Bro,,,di mana hati n pikiran kalian,gw ga bela suku2 tertentu,,krna kalian hnya bs memeprmalukan negara ini,,,negara ni sdh kacau,kalian sbgai generasi penerus bukanya memberikan yg terbaik,tp jstru memperburuk keadaan,,,
ReplyDeleteBagi yg mau balas dendam silahkan datang ke borneo jangan cuma koar2 disosmed, kita selesaikan perkara ini.
ReplyDeletedan setelah itu jangn pernah harap ada lagi manusia dari ras suku yg tak tau di untung sudah di kasih hati malah minta jantung, tak pernah mengenal dan mau memahami apa itu "dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung" yg selama ini menjadi sampah di pulau borneo.
Mari....kita ulangi lagi, tak ada lagi kata sambutan yg ramah selain dari ujung mandau yg siap membuat kepalamu bertimbun menjadi pupuk ditanah dayak..
Hmmmmmm,,,, Maaf nyan tok e saudare-saudare tang makin panas ajak komennye tok,,,, ade yang dihapus kallak ye,,,, dendam tak ade gune, ussah nak ulangek kesalahan yang same,,,, peace,,,, Meteor bassar yo bantar agek nak belabbik, Amerika udah banyak buat bunker, Inggris, Jerman, Rusia dan negara maju laingnye pun same juak, negare siggek pulau macam singapore pun udah siap,,,,, kitte tok nak nyiapkan ape,,,, Tullong pikerkan,,,, maseh sampatke nak sinyuccokkan sesame saudare e,,,, ayap-ayap....
ReplyDeletemaaf sebelumya saya mau tanya pada kawan2 semua khususnya biak sambas.
ReplyDeleteseumpama suatu saat ada orang madura asli menikahi wanita sambas itu gmn?
apakah bisa di terima di lingkungan biak sambas?
salam damai dari saya orang madura.....
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete@husny mubaroq, terimakasih udah berkunjung...menurut hemat saya secara pribadi tok ie, menikahnye tak masalah, cuman dampaknye lumayan juak, siapkan mental lebih jak. sebab belum semua warga sambas bise nerima. trauma masa lalu masih menghantui, terutama bagi generasi yang pernah hidup berdampingan dengan suku anda pra konflik puncak. Kalo generasi muda nya insyaalah udah bisa mencair asalkan tau diri dan pandai berkolaborasi. Inti masalahnya adalah TRAUMA bro,, tidak mudah berdamai dengan masa lalu.... mohon maaf kalo menetap tinggalnye di sambas (berkeluarga, dll) sye pikir itu sulit,, kalo sekedar berkunjung, ziarah, dll saye rase udah ndak masalah.
ReplyDeleteInsya Allah Sambas Kalimantan Barat akan menerima lagi warga madura dalam waktu dekat ini
ReplyDeleteAamiin Allahumma Aamiin
Salam damai dari bumi Arema