Pada masa kejayaan kerajaan Majapahit dibawah pimpinan mahapatih Gajah Mada dan Raja Hayam Wuruk telah menguasai seluruh wilayah Nusantara, termasuk kerajaan
Sambas dipulau Kalimantan (Nagara Kertagama Pupuh XIII). Majapahit bukan hanya
menguasai kerajaan-kerajaan dibawah taklukanya, tetapi telah mengirimkan keturunan
dan keluarga raja dengan prajuritnya. Mereka bukan hanya menguasai daerah dan
rakyatnya, tetapi yang terpenting pula mengembangkan kebudayaan agama Hindu dan
Budha. Namun tidak banyak peninggalan raja-raja dari agama Hindu di Sambas dan
Kalimantan. Daerah ini umumnya daerah rawa berlumpur dan tidak ada batu besar
untuk membuat prasasti atau candi. Peninggalan sejarah zaman itu sulit dibuat
dan mudah hancur oleh air dan Lumpur. Ada yang berpendapat bahwa arca Hindu dan
Budha di Sambas dibuat dari emas. Buktinya di British Museum London terdapat 9
buah arca agama Hindu dan Budha berasal dari Sambas.
Sambas dimasa sebelum
Ratu Sepudak kurang dikenal, sejarahnya diliputi kabut kegelapan. Dari cerita
rakyat yang bersifat legendaris yang dituturkan dari mulut kemulut terdapat
bermacam macam versi. Sebagaimana kerajaan-kerajaan Melayu /Islam pada umumnya,
demikian pula kesultanan Sambas baru memulai sejarahnya pada permulaan
berkembangnya agama Islam sejak akhir abad ke 16. Menurut cerita rakyat,
sebelum kedatangan prajurit Majapahit di Paloh, sudah ada kerajaan Sambas Tua.
diceritakan bahwa pada akhir abad ke 13 didaerah Paloh terdapat kerajaan yang
dipimpin oleh seorang Ratu(Raja) bernama Raden Janur. Suatu malam kerajaan
tersebut kejatuhan benda langit (Tahi Bintang / Meteor) sebesar buah kelapa, yang
bercahaya sangat terang, terkenal dengan nama “Mustika Bintang”. peristiwa aneh
itu tersebar luas keseluruh Nusantara hingga ke Majapahit, Prabu Majapahit
memerintahkan pasukanya untuk mendapatkan “Mustika Bintang” tersebut. Pasukan
Majapahit mendarat Dipangkalan Jawi (Jawai). Alkisah, Raden Janur tidak
bersedia menyerahkan Mustika Bintang, ia melarikan diri ke hutan dan menghilang
bersama “Mustika Bintang”, konon kabarnya ia menjadi orang Kebanaran atau orang
halus (menurut kepercayaan orang Sambas, Paloh adalah pusat kerajaan Negeri Kebanaran/Negeri
Ghaib).
Diceritakan bahwa pasukan
Majapahit tersebut tak kembali ke Majapahit tetapi tinggal dan membaur dengan
penduduk asli, akhirnya mereka membentuk sebuah kerajaan yang kuat, dengan
ratunya berasal dari hasil perkawinan dengan penduduk setempat. diceritakan
pula bahwa pada suatu hari ratu dari kerajaan ini bertamasya kepulau
“Lemukutan” dipulau itu sayup-sayup terdengar ditelinga raja bunyi tangisan
bayi. Seluruh rombongan disuruh mencari dari mana datangnuya suara tersebut. Setelah
lama mencari akhirnya diketahui suara tersebut berasal dari sebuah rumpun bambu.
Bambu tersebut dipotong lalu dibawa pulang keistana dan pada malamnya bambu
tersebut dibelah dan betapa terkejutnya semua yang melihat kejadan tersebut, ternyata
pada salah satu ruas bambu yang dibelah berisi seorang bayi laki-laki. Bayi
tersebut akhirnya dipelihara raja bersama anaknya. Kian hari tumbuh berkembang
dengan sehat, namun sangat disayangkan ia hanya mempunyai sebuah gigi layaknya
seperti gigi labi labi. karena itu ia diberi nama “Tang Nunggal” (Hanya Bergigi
Tunggal). (orang sambas juga sering menyebut "Tang Nunggal" dengan
sebutan "Tan Unggal")
Sewaktu Ratu Meninggal,
Tang Nunggal berambisi untuk menjadi raja. Dengan mengandalkan kekuatan dan
kelicikanya. ia berhasil menyingkirkan putera mahkota dan menobatkan dirinya
menjadi raja. Tang Nunggal adalah Raja Yang kejam, bengis dan tidak
berperikemanusiaan. Karena kekejamanya Putera dan Puterinya Bujang Nadi dan
Dare Nandung dikuburkan hidup hidup dibukit Sebedang lantaran kedua bersaudara
itu dituduh berniat kawin sesama saudara (Legenda Bujang Nadi Dare Nandung). Singkat
cerita, hukum karma akhirnya berlaku pada dirinya, Tang Nunggal akhirnya
meninggal dalam keadaan yang sangat menggenaskan, ia dimasukkan kedalam peti
dan petinya dibuang kedalam sungai Sambas (petikan cerita menurut dato’ Ronggo,
buku terbitan pada tahun 1991). Setelah Tang Nunggal dikubur disungai Sambas, Putera
mahkota yang tersingkir yang berasal dari keturunan Majapahit muncul dan mengambil
alih kendali pemerintahan. Raja itulah yang menurunkan raja-raja Sambas sampai
kepada Ratu Sepudak.
Setelah runtuhnya
Majapahit, Sambas berada dibawah kerajaan Johor (Malaysia). Pada masa Ratu
Sepudak telah diadakan perjanjian dagang dengan Oppenkoopman Samuel Bloemaert
dari VOC yang ditanda tangani pada 1 Oktober 1609 dikota Lama (Perjanjian Ratu
Sepudak dengan VOC). Kedatangan secara besar-besaran prajurit Majapahit ke Sambas
adalah pada masa raja Cananagara. Prajurit Majapahit yang dibawa dengan kapal, tahun
1364 mendarat di Pangkalan Jawi. kini daerah itu bernama Jawai. Prajurit
Majapahit itu bukan berperang dan berkuasa tapi tinggal membaur dan kawin
dengan penduduk setempat. percampuran dengan pendatang dari Majapahit ini yang
mendorong berdirinya kekuasaan keturunan raja Majapahit yang selanjutnya
berpusat Di “Paloh”. Mungkin karena terlalu banyak peperangan pada dan tahun
1364 Patih Gajah Mada sudah meninggal. Banyak keturunan Majapahit berpindah
kedaerah lain. Mereka juga masuk ke Brunai, Mempawah, Tanjung Pura, Landak,
Sanggau, Sintang, Sukadana, dan kerajaan kerajaan kecil dipedalaman Kalimantan
Barat. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya ditemukan benda sejarah peninggalan
kerajaan Hindu Majapahit antara lain Batu Pahat di Sekadau, Eka Muka Lingga
Guwa di Sepauk, dan lain lain.
Pada pertengahan adad ke
15, pusat kerajaan keturunan Majapahit ini berpindah dari Paloh kekota Lama
dibenua Bantanan-Tempapan dikecamatan Teluk keramat. Raja-raja di Sambas waktu
itu disebut dengan gelar ratu, seperti gelar raja raja di Majapahit. Ketika
raja Tang Nunggal berkuasa, iapun membayar upeti kepada Raja Tumasik. mungkin
karena merasa telah merdeka, setelah lepas dari kerajaan Majapahit. Ratu Sepudak
dengan saudaranya Timbung Paseban berkuasa sejak tahun 1550 di “Kota
Lama”(Ibukota Sambas Tua), pada tahun 1570, kerajaan Sambas di “Kota Lama”
berada dibawah kekuasaan kerajaan Johor. Setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, di
kerajaan Johor telah menganut kepercayaan agama Islam, dan Johor menguasai
kesultanan kesultanan dipantai barat Kalimantan seperti Brunai, Serawak, Sambas,
Mempawah, Sukadana / Matan. Sejak itu agama islam pun mulai dianut orang
dikesultanan Sambas. (Prof.Dr.E.Gade Malsbergen ; ”Geschidemis van Nederland
indie, llitgertrdMij, Amsterdam, 1939, deel’, hal.349).
Ratu Sepudak sebagai raja
Sambas dikota lama adalah raja beragama Hindu terakhir di Kota Lama Sambas. Belanda
(VOC) yang baru saja menguasai Batavia pada tahun 1596, pada tahun 1604 telah
mengunjungi kerajaan Matan dan membuka hubungan dagang dengan Matan. Dari Matan,
VOC mendapatkan informasi tentang kerajaan yang ada di pantai barat Kalimantan.
Tahun 1609,VOC datang kekota Lama Sambas. mengetahui Sambas kaya dengan emas, VOC
mengikat perjanjian dengan Ratu Sepudak. dalam perjanjian tanggal 1 Oktober
1609 itu, wakil VOC Samuel Bloemaert sekaligus mengikat kerajaan Landak dan Sukadana.
Belanda paham benar karena landak adalah penghasil intan terkenal dan Sambas
serta Matan adalah pusat penjualan emas dan intan pada masa itu. Inilah awal
dari perjanjian Belanda di Sambas, walaupun baru sejak 1817 Belanda duduk dan
berkuasa di Sambas (sumber lampiran perjanjian VOC dan Sambas 1Oktober
1609).
sumber:
-Prof.Dr.E.Gade
Malsbergen ;”Geschidemis van Nederland indie,llitgertrd
Mij,Amsterdam,1939,deel’,hal.349.-lampiran
perjanjian VOC dan Sambas 1 Oktober 1609.
bagus inyan Blog ito be..mdh2an tetap exist..utk pengetahuan anak cucu kita yg keturunan Sambas..yg lahir dirantau perlu menirau blog ini...
ReplyDeleteBagus...isinya, dan memuat sejarah yg jarang ditemui di daerah kite....
ReplyDeleteSmg Blog ini tetap exis !!!!