Di abad 21 sekarang ini kita tidak bisa mengindar dari pengaruh globalisasi dan modernisasi. Mau tidak mau, suka tidak suka manusia sekarang harus bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Jargon era globalisasi dan modernisasi yang ingin selalu bertindak cepat, mudah, efektif, hingga instan membuat kita sering melupakan sebuah proses. Bukankah pepatah bijak mengatakan “bukanlah awal atau ahir (hasil) yang menjadi point terpenting melainkan proses”. Era globalisasi mendidik kita untuk mencapai tujuan (hasil) sesempurna mungkin, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Oleh sebab itu manusia modern cendrung individualistik.
Pengaruh globalisasi ini sudah menjalari manusia modern sejak usia balita mulai dari hal terkecil seperti mainan anak-anak. Kita semua tahu bahwa usia anak-anak adalah usia bermain, istilahnya tiada hari tanpa bermain bagi anak-anak. Nah kalau dari sejak balita saja manusia sekarang sudah terdidik untuk instant tentu setelah
dewasa nilai tersebut tertanam sangat kuat dan sulit untuk diperbaiki.
Permainan anak modern zaman sekarang selain mahal juga kurang mendidik. Hampir tidak ada mainan yang gratis di era sekarang ini. Ingin main mobil-mobilan harus beli, mau main boneka-bonekaan juga beli, apalagi game online, PS, game board dan lain sebagainya semuanya harus serba beli. Ini berarti mental kapitalistik dan hedonism sudah tertanam sejak dini. Belum lagi masalah interaksi dalam permainan tersebut yang sangat minim, kurang sosialisasi, tidak ada kebersamaan dan jauh dari kekompakkan. Bukankah hal ini sama juga dengan mendidik anak menjadi individualistik ? interaksi dengan alam juga sangat minim, kebanyakan orang tua rela mengorbankan uang berapa saja asalkan anak kesayangannya tidak keluar rumah. Akibatnya fisik anak menjadi lemah, gampang sakit, tidak tahan panas apalagi hujan, selain itu anak menjadi bermental manja karena perminataannya selalu
dituruti orang tua terutama masalah barang mainan.
Berbeda jauh denga permainan anak-anak zaman dahulu terutama daerah pedesaan dan perkampungan sarat dengan nilai kejujuran, kebersamaan, kekompakan, kerjasama, keuletan dan olah fisik. Memang kebanyakan permainannya beresiko tinggi dan tergolong berbahaya, namun proses itulah yang membuat manusia zaman dahulu fisiknya kuat, pemikirannya cerdas dan akhlak mulia. Bagaimana tidak hampir semua permainan rakyat tidak perlu mengeluarkan biaya alias gratis. Mobil-mobilan bisa bikin sendiri, walaupun pada awalnya mobil-mobilan tersebut dibikinkan oleh orang tua/kakek/saudara yang sudah besar namun lambat laun anak tersebut pandai bikin mainannya sendiri (bukankah ini berarti kreatifitas). Anak kampung sangat dekat dengan alam, boleh dibilang tiada hari tanpa bermain dengan alam, walaupun panas terik ataupun hujan ribut semuanya bisa dijadikan mainan yang asyik. Tidak jarang juga anak yang sakit habis main hujan-hujanan akan tetapi setelah terbiasa fisik akan menjadi kuat dan tahan terhadap hujan. Dalam permainan rakyat, hampir tidak ada yang bisa dimainkan sendirian, semuanya memerlukan teman sepermainan. Karena permainan rakyat adalah permainan tim yang perlu kerjasama. Kebersamaan adalah poin terpenting dalam permainan rakyat.
Melihat kondisi permainan anak-anak zaman sekarang baik didesa apalagi di kota saya khawatir permainan rakyat suatu saat akan hilang tergusur zaman. Di lain kesempatan saya akan mencoba menginventarisir dan mengabadikan permainan rakyat terutama permainan rakyat asal kelahiran saya yang tentunnya sering saya mainkan bersama teman-seman semasa kecil dahulu dalam bentuk tulisan. Semoga segera terwujud. Amien……..
Related Posts