Adapun cara
mendekatkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya itu telah di bagi oleh para
Ulama menjadi 4 bagian
; Secara Syareat,
Secara Tarikat, Secara Hahekat dan Secara Makrifat
Dengan kita
mengetahui cara-cara untuk mendekatkan hubungan dengan Allah maka kita akan
menjadi manusia yang baik antara kita dengan Allah dan hubungan kita dengan
sesama mahluk dan alam sekitar yang pada akhirnya kita akan di karuniakan
keridhoannya dan dapat berada disisi Tuhannya.
Cara Syariat :
Adapun yang dimaksud
dengan cara syariat adalah suatu cara zahir yang membentuk suatu
peraturan antara manusia dengan Allah, manusia dengan sesama manusia dan dengan
mahluk-mahluk lain.
Peraturan–peraturan
syariat ini telah di gariskan oleh Allah didalam Al-Quran dan juga di gariskan
oleh Rasullullah melalui perbuatan dan ucapan yang diberinama Hadist.
Jika manusia benar-benar mengikuti peraturan–peraturan syariat ini maka manusia
itu tidak mungkin tersesat dalam hidupnya di dunia ini dan selamatlah di
akhirat nanti, sebagaimana sabda
Rasullullah yang Artinya : Kamu tidak akan sesat selama-lamanya jika kamu
berpegangan kepada kedua-duanya yaitu Al-Quran dan sunnah Rasul
Didalam
peraturan-peraturan ini Allah telah menggariskan hubungan diriNYA dengan manusia dan
hukum-hukum secara individu maupun secara bermasyarakat. Di dalam syariat
dibahas soal-soal
Akidah, soal Ibadat, soal Muamalat, soal Munakahat, dan lain-lain
peraturan untuk kebahagian manusia dunia dan akhirat.
Ditentukan juga garis-garis panduan hidup, tentang mana yang wajib, haram, sunnah dan makruh, dosa pahala, surga, neraka dengan kata lain Syariat mengariskan dasar pokok “ Kerjakan apa yang diperintahkan dan jauhi apa yang dilarang “Adapun peringkat cara syariat adalah suatu peringkat peraturan pengabdian hamba terhadap Tuhannya dengan mengikuti garis panduan dan peraturan-peraturan yang sudah ditentukan maka dengan mengikuti ini semua, seseorang manusia itu menjadi taraf hamba yang paling baik.
Suatu hal yang perlu di ingatkan pada peringkat Syariat ini adalah pengamal-pengamalnya benar-benar mengharapkan balasan atau upah dari setiap apa yang mereka kerjakan. Dan dengan upah-upah kerja yang dilakukannya itulah mereka yakin akan menentukan apakah mereka akan di masukan ke Surga atau Neraka.
Jadi dapat
disimpulkan disini bahwa mereka mengerjakan apa yang diperintahkan karena
mengharapkan surga dan tidak melakukan apa yang dilarang karena takut akan
siksa neraka, perinsip mereka adalah “
Buat baik di balas baik – Buat jahat dibalas jahat “
Firman Allah Surah
Az-zalzalah ayat 7-8
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”.
Firman Allah surah
Mu’minun ayat 102-103
“Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka
itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan
timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri,
mereka kekal di dalam neraka Jahannam”.
Disamping mereka berusaha untuk
melakukan suatu pekerjaan yang diperintahkan secara IKHLAS untuk Allah
semata-mata, dibalik itu mereka juga benar-benar mengharapkan satu balasan yang
setimpal dengan apa yang dilakukanya.
Ini bermakna mereka
mengabdi kepada Tuhannya dengan ada maksud-maksud tertentu ibaratnya “ada udang di
balik batu “ pekerjaan mereka bolelah kita sebut sebagai : “Pengabdian
separuh hamba”. Lantas jika mereka benar-benar bersifat hamba yang
tulen maka sudah tentu apapun pekerjaan yang dilakukan oleh mereka sudah tentu
mereka tidak mengharapkan balasan apapun dari Tuhannya karena setiap balasan
bukanlah sesuatu yang boleh untuk diminta-minta tetapi itu adalah satu karunia
daripada Tuhannya.
Apakah pantas seseorang yang
mengaku dirinya hamba menagih janji dari Tuhannya? Dan apakah mereka sangsi
akan janji Tuhannya?
Seharusnya bagi
mereka yang mengaku dirinya hamba sudah tentu tidak mengharapkan sesuatu
balasan apapun dari Tuhannya. Sesungguhnya bagi mereka yang mengikuti cara
syariat ini akan mencapai martabat
: BERIMAN DAN
SOLEH dan dengan
mematuhi segala peraturan-peraturan maka mereka akan di karuniakan surga di
akhirat nanti.
Firman Allah Surah
Al-Kahfi ayat 107
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus
menjadi tempat tinggal,”.
Perlu di ingatkan
masuknya surga bagi orang-orang syariat ini bukan sekali-kali karena pahalanya
tetapi sekedar balas IHSAN daripada Allah karena kepatuhannya
dengan Allah. Walaupun seberapa banyak pahala yang mereka peroleh maka sudah
barang tentu tidak bisa untuk membeli surga karena surga bukanlah suatu yang
murah yang menjadi barang dagangan yang bisa untuk dibeli sebaliknya orang-orang syariat
haruslah berikhtiar sedaya upaya agar menjadikan diri mereka seorang Mukmin
supaya Allah sendiri membeli dirinya dan hartanya dengan Surga atas dasar
perjuangan mereka menegakkan peraturan-peraturan Allah di dalam hidupnya.
Maka berbahagialah
bagi mereka-mereka yang mengamalkan cara syariat yang menduduki taraf
martabat dirinya sebagai seorang hamba yang Mukmin dan mereka memang dijamin
oleh Allah Surga dan kekallah mereka selama-lamanya.
Firman Allah surah
Ash-Syafaat ayat 111
“Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman”
Adalah perlu
ditegaskan disini bahwasanya hasil akhir pengajian syariat adalah untuk mendapatkan suatu yang
bernama SURGA, dan menjauhkan
diri dari neraka, berusaha mendapatkan banyak pahala, mengurangi dosa, mengerjakan
apa yang diperintahkan, tinggalkan apa yang di larang
Cara
Tarekat :
Adapun jalan Tarekat ini adalah
jalan yang pernah dilalui oleh para wali-wali Allah dengan tujuan untuk
mendekatkan dirinya dengan Allah, ini merupakan suatu jalan bagaimana hendak menyucikan
diri dan hati agar terbentuk satu hubungan antara dirinya dengan Allah.
Suatu jalan tarekat
yang sebenarnya adalah merupakan satu cara mensucikan diri untuk menuju
kehadirat Allah Taala dan jalan ini hendaklah mempunyai sambungan ke
Rasullullah S.A.W. Jalan tarekat yang mendapat restu dari junjungan agung
Rasullullah itu kemudian diwarisi oleh para sahabat Baginda dan seterusnya
bersambung menjadi mata rantai dan diwarisi pula oleh para wali Allah yang
agung dan sampailah kepada seseorang
guru awal kemudian diajarkan sampai dengan guru akhir sampai kini dan seterusnya.
Oleh sebab itu barang
siapa yang mengikuti pengajian Tarekat maka menjadi tanggung jawabnya untuk
mengetahui asal pangkalnya dan pastikan berasal dari Rasullullah dan para
sahabatnya. Jalan tarekat adalah suatu cara memuja dan memuji Allah dan melatih
diri agar tidak melupakan Allah pada setiap detik dan memberi segala keagungan
dan mebesaran hanya kepada Allah semat-mata.
Cara untuk mensucikan
diri dan hati adalah melalui proses mengenal nafsu-nafsu yang yang kita miliki.
Agar kita tidak lalai dan lupa dirinya dan tuhannya. Adapun nafsu yang dimiliki
oleh manusia seperti yang tercatat didalam ’an ada 7 yaitu : Nafsu Amarah,Nafsu Malhamah, Nafsu Lawamah, Nafsu
Mutmainnah, Nafsu Radhiah, Nafsu Mardhiah, Nafsu Kamalia. Dengan mengenal nafsu-nafsu tersebut
maka orang-orang tarekat akan mencapai martabat ditaraf nafsu-nafsu tersebut
yang mempunyai kelebihan yang berbeda diantara martabat yang satu dengan yang
lainnya.
Untuk mengenal dan mencapai martabat nafsu-nafsu itu seseorang itu hendaknya menuntut dan mengamalkan jalur ilmu tarekat dari guru-gurunya yang mursyid dan dapat pula mencapai martabat nafsu-nafsu tersebut, Disamping mereka harus mengikuti petuah-petuah yang dianjurkan oleh guru mereka dari satu peringkat ke peringkat yang lain sehingga menjadi manusia sempurna (insan kamil) dan diridhoi Allah di dunia dan Akhirat.
Mereka hendaklah
menjalani tarekat mereka dengan tekun dan penuh usaha agar tercapai martabat
yang tertinggi. Apapun pekerjaan dan amalan orang-orang tarekat tidaklah
lagi mengharapkan pahala, artinya apa yang diamalkannya hanya untuk
mendekatkan dirinya dengan Allah setiap saat, mereka tidak mengharapkan pahala
atau surga tetapi semata-mata untuk mengenali tuhannya dengan berusaha untuk
mengenali dirinya sendiri, tujuan mereka hanya
Allah semata-mata tanpa embel-embel, sebagaiana
mana kata yang masyhur ini : “
Padaku tiada pahala, tiada surga yang ku idam-idamkan adalah kekasihku Allah
jua “
Perlu ditegaskan disini bahwa tujuan akhir pengajian Tarekat adalah untuk mengenal diri dan mengenal Allah, mensucikan nafsu dirinya ke suatu derajat nafsu yang tertinggi, kemuliaan dengan Allah s.w.t, mereka akan terus berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan Allah selama masa hidupnya di alam fana ini, dalam setiap waktu dan setiap saat.
Cara
Hakekat :
Cara ketiga adalah cara hakekat, adapun jalan ilmu hakekat ini adalah dengan cara menyelami
dan mengenali diri sendiri yang merupakan satu-satunya jalan kearah Makrifat
diri denga Allah dan ini adalah jalan yang dilalui oleh wali-wali Allah,
Arifinbillah dan para Aulia.
Mereka-mereka yang menjalani pengajian ilmu
Hakekat ini akan beriktiar dengan tekun dan tabah untuk mendekatkan dirinya
dengan Allah dengan cara membongkar, menyelidiki dan menyaksikan rahasia diri
sendiri yaitu rahasia Allah yang ditanggung oleh dirinya dan berusaha membentuk dirinya menjadi
manusia Kamil Mulkamil.
Bagi mereka yang hendak menuju kehadirat
Allah dengan jalan Hakiki ini maka hendaklah mereka terlebih dahulu menjalani
cara tarekat dan telah mampu membersihkan dirinya dari segala bentuk syirik
kepada Allah taala. Mereka hendaklah menjalani pengajian ini dengan guru-guru
hakiki dan makrifat serta mursyid yang mempunyai pengetahuan yang luas serta
mencapai ketahap martbatnya, disamping itu orang-orang hakiki haruslah mendapat
didikan secara terperinci dari guru-guru gaib yang terdiri daripada wali-wali
Allah yang teragung, nabi-nabi dan rasul-rasul.
Guru-guru Gaib ini akan
mengajarkan mereka di samping guru zahir yang mursyid yang melatih mereka
menjalani alam ilmu hakiki.
Guru-guru gaib akan mengajarkan mereka ilmu
hakiki melalui LADUNI. (untuk pengetahuan lebih jelas
silahkan bertanya kepada guru-guru hakiki, makrifat lagi mursyid) Dengan
menjalani jalan hakiki maka manusia tersebut akan mencapai kesuatu tahap
tertinggi disisi Allah dan sesungguhnya berbahagialah orang-orang hakiki yang
mencapai martabatnya dan dapatlah mereka duduk disisi Allah di dunia dan
akhirat.
Orang-orang hakiki yang sampai martabanya
bukan saja mulia disisi Allah tetapi mereka juga mendapat kemuliaan dikalangan
masyarakat dan dipuja oleh masyarakat sepanjang hayatnya. Perlu ditegaskan
disini bahwa tujuan akhir pengajian hakekat adalah
untuk menjadi Allah pada zahir dan bathin yakni pada diri zahir dan diri bathin pada martabat kemuliaan Insan kamil
mulkamil, Tiada sesuatupun pada dirinya kecuali Allah semata-mata.
Cara Makrifat :
Sementara jalan Makrifat
ini adalah suatu jalan yang pernah dilalui dan dialami oleh para wali-wali
Allah yang Agung, para Arifinbillah dan para Aulia, Nabi dan Rasul.
Seseorang yang ingin menuju kejalan
makrifat kepada Allah haruslah terlebih dahulu menjalani latihan pada peringkat
jalan hakekat karena jalan
hakekat adalah sambungannya ke jalan Makrifat. Orang-orang makrifat akan
membongkar segala rahasia alam Kabir (alam semesta), rahasia alam Saghir
ataupun atau alam gaib dan alam gaibul gaib.
Bagi mereka yang menjalani jalan makrifat, mereka diasuh bukan saja oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru bathin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).
Bagi mereka yang menjalani jalan makrifat, mereka diasuh bukan saja oleh guru zahir, hakiki lagi makrifat, guru-guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan para Rasullullah malahan bagi mereka yang sedang menuju ke jalan Makrifat ini akan di ajar sendiri oleh tuhannya melalui guru bathin yaitu diri rahasia Allah (diri rahasianya sendiri).
Bagi mereka yang mencapai ke peringkat makrifat ini, mereka adalah manusia yang luar biasa yang akan mendapat martabat, derajat dan kesaktian serta keridhoan yang paling tinggi disisi Tuhannya dan mereka duduk bersama tuhannya dan diberi kesempatan untuk menjelajahi tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi, Arash dan Qursi, Surga dan Neraka semasa hidupnya di dunia ini. Alangkah mulianya kita jika bisa mencapai martabat ini, kitalah orang tertinggi didalam segala hal dalam pandangan Allah s.w.t.
Orang-orang yan mencapai martabat ini akan mendapat sanjungan dari Allah s.w.t dan dari manusia sejagad, mereka akan dihormati sepanjang hayat mereka.
Matlumat terakhir dari pengajian Makrifat adalah untuk kembali semula menjadi Tuhan yaitu pada martabat diri kita di alam gaibul gaib yakni Ahdah. (untuk pemahaman lebih mendalam silahkan bertanya kepada orang-orang Makrifat lagi mursid)
NB : Disadur Sepenuhnya Dari https://yudibase.wordpress.com/