24 February 2011

Cak Kelelet Permainan Rakyat Sambas yang Terlupakan

Sambas dan Permaianannya dalam Sebuah Catatan Sejarah

Permainanan modern secara perlahan namun pasti akan terus menggusur permainan tradisional / permainan rakyat. Fenomena ini jelas merasuk bahkan hingga ke desa-desa (kampung). Sekarang ini sudah sangat susah melihat anak-anak kecil ditanah kelahiran ku sendiri yang lagi beajal tanah (membuat dan memainkan orang-orangan dari tanah liat (tanah kuning) atau bermain mobil-mobilan yang dibuatnya sendiri dari gumbar (pelepah sagu) atau main senapan-senapanan yang dibuatnya dari pelepah pisang, gumbar dan bamban maupun papan (kayu tipis untuk lantai rumah). Pada dasarnya permainannya tidak jauh berbeda cuma mainan anak sekarang lebih canggih dengan barang mainan yang terbuat dari bahan serba sintetis dan berteknologi tinggi. Barang-barang mainan tersebut tentu dengan mudah mereka dapatkan dengan membelinya dipasar. Bukankah ini  berarti kreatifitas anak jaman dahulu lebih tinggi dari pada kreativitas anak modern sekarang ini, terutama dalam  hal menciptakan barang mainanannya sendiri.

Permainan tradisional lain bernasib tidak jauh berbeda seperti singinca’an, sinaporan, singalauan, selimban dan lain sebagainya. Apakah kawan-kawan masih ada yang ingat dengan sebuah maingan kitte gek kaccik (masa anak-anak) yang menebak sebuah benda yang disembunyikan di dalam genggaman salah seorang pemain? Permainan ini dilakukan sekitar 3-6 orang. 1 orang yang kalah pimpa / osom (suit) mendapat hukuman jaga (bhase samabsanye ngalaw) dan menelungkupkan badannya terus ia harus mampu menebak dengan benar siapakah orang (pemain) yang menyembunyikan benda tersebut. Dalam mengelabui / mempersulit si penebak itu semua pemain menaruh telapak tangannya yang ditelentangkan dibelakang pengalaw. Terus sebuah benda yang telah ditentukan sebelumnya itu di putar mengelilingi (menyentuh) telapak tangan semua pemain dengan diiringi sebuah mantra. Saat mantra habis di ucapkan maka putaran benda itu juga berahir dan disembunyikan oleh salah satu pemain. Setelah itu si penebak menyebutkan siapa orang yang menyembunyikan benda tersebut. Jika ia salah tebak maka ia jaga lagi dan jika tebakannya benar maka pemain yang menyembunyikan benda tersebut yang akan menjadi pihak yang jaga selanjutnya, begitu seterusnya permainan ini dimainkan. Terus terang saya tidak ingat apa nama permainan ini dan bagaimana mantra (bacaannya), yang terintas dalam pikiran hanya sepenggal mantra yang berbunyi “…..tepancar mateari tebukka’ lawang masjid……” mungkin teman-teman disini ada yang bisa membantu mengingatnya… hee
Banyak lagi permainan kitte gek kaccik (permainan rakyat sambas) bernasib tak jauh berbeda dan seperti sudah terlupakan. Cak Kelelet misalnya (ada juga yang menyebutnya Cak Lele, Cang Kelelet atau Cang Lele). Ironis sekali nasib kebudayaan  permainan rakyat kita yang satu ini, sudah hampir 10 tahun saya tidak pernah lagi melihat permainan ini dimainkan. Anak-anak di tanah kelahiranku sendiri ku yakini tak ada satupun yang tahu dan bisa memainkkan permainan ini. Mudah-mudahan di tempat lain tidak demikian. Mengenai asal usul, sejarah dan mendeskripsikan mengapa permainan ini dinamakan seperti itu sampai sekarang saya belum bisa mengatahuinya, tak ada satupun kosa kata dalam bahasa sambas yang merujuk kata cak kelelet ini. Terlepas dari sebuah pertanyaan mendasar apakah permianan ini juga ada dan dimainkan di luar daerah sambas disini saya akan mencoba menuliskan peraturannya semampu daya ingat saya. Saya harap permainan ini tetap terlestarikan walaupun hanya dalam sebuah catatan, syukur-syukur kalau masih ada yang mau memainkannya.

Tata Cara dan Peraturan Permainan Cak Kelet.

Perlengkapan :
  • Sebuah tongkat dari gumbar (pelepah sagu) kering sepanjang 30-40 cm dan berdiameter sekitar 3-5 cm. Disebut penappak panjang (tongkat panjang)
  • Sebuah tongkat dari gubar atau bahan lain yang ringan dan tidak berbahaya berukuran sepanjang 10-15 cm dan berdiameter 3-5 cm. biasa disebut penappak kaccik / penappak pendek (tongkat pendek)
  • Halaman luas yang dibuatkan sebuah lubang berbentuk segitiga sama sisi kira-kira berukuran 15x15x10 cm dan  sedalam 7-12 cm
Tata cara permainan :
  •  Sejumlah anak dibagi dalam dua buah regu secara seimbang yaitu regu pemain dan regu penjaga (lawan) sekitar 3-10 orang anak di tiap regunya. Regu pemain adalah regu yang menang dalam adu pimpa / osom (suit) dan yang pertama memainkan permainan kita sebut saja regu A. Begitu juga sebaliknya dan kita sebut saja dengan regu B (regu jaga / bertahan)
  • Permain ini dilakukan bergiliran per regu dan tiap orang dalam regunya.
  • Pemenang dalam regu ini ditentukan dengan sistem perhitungan point
  • Tugas setiap pemain dalam regu A adalah secara bergiliran (bergantian) melempar/menappak (memukul) tongkat pendek dengan tongkat panjang sebanyak 3 giliran (jika memungkinkan) yaitu melalui ritual nyungkel, nappak, dan potong ayam :
  1. Ritual pertama “nyungkel” (mencongkel) dilakukukan dengan cara tongkat pendek dilintangkan di atas lubang cak kelelet lalu dikais (dicongkel) sejauh mungkin ke arah lawan.
  2. Rutual kedua “nappak” (memukul) dilakukan di belakang lubang cak kelelet dengan memegang tongkat pendek dan tongkat panjang secara bersamaan lalu tangan yang memegang tongkat tersebut diayunkan keatas sambil melepas tongkat pendek. Jika ritual ini dilakukan dengan benar maka tongkat pendek akan melambung ke atas dan tongkat panjang tetap di tangan baru kemudian tongkat pendek yang lagi melambung tersebut dipukul kearah lawan sejauh mungkin.
  3. Ritual terakhir yaitu Potong ayam dilakukan dengan cara tongkat pendek ditegakkan sudut terdepan lobang cak kelelet lalu ujung tongkat pendek yang sedikit mencuat keluar dari lubangnya dipukul dengan tongkat panjang (mirip ritual menyembelih ayam). Jika pukulan ini tepat dan benar maka tongkat pendek akan keluar dari kediamannya dan melambung keatas lalu pemain memukulnya lagi ke arah lawan sejauh mungkin.
Cak Kelelet - Nyungkel
Cak Kelelet - Nappak
Cak Kelelet - Motong Ayam
  • Dalam regu jaga / regu bertahan (regu B) tugasnya adalah menggagalkan / membatalkan permainan regu pemain (regu A) atau mendapatkan point (dalam ritual nyungkel), mengurangi / memperkecil point regu lawan (dalam ritual nappak dan motong ayam).
  1. (a) Dalam menggagalkan permainan regu A ini pemain regu B harus berhasil menyambut (menangkap) tongkat kecil yang di congkel pemain regu A sebelum menyentuh tanah lalu melemparkan tongkat pendek tersebut kearah tongkat panjang yang dilintangkan di tengah-tengah lubang cak kelelet. Jika lemparan ini mengenai tongkat panjang dan mampu menggeser tongkat panjang menjauhi lubang cak kelelet maka pemain regu A tersebut dinyatakan gugur dan tidak ber hak melakukan ritual permainan selanjutnya (hanya berahir sampai disini). Permainan ini diteruskan oleh pemain regu A yang selanjutnya dan dimulai dengan ritual nyungkel kembali. Jika lemparan pemain regu B ke tidak mengenai tongkat panjang maka ia gagal menggugurkan permainan regu A hal ini juga berlaku walaupun lemparan tersebut mengenai sasaran akan tetapi tidak mampu menggeser tongkat panjang menjauhi lubang., hanya saja lemparan yang mengenai sasaran ini mendapatkan sejumlah point. Regu jaga (B) dinyatakan gagal bertahan (menggagalkan permainan lawan) jika tak seorang pun dari regunya yang mampu menangkap tongkat pendek yang di congkel pemain regu A, dalam hal ini maka pemain regu A berhak melanjutkan ritual selanjutnya. Jika ritual nyongkel tidak dapat digagalakan regu B maka mereka masih dapat menggagalkan permainan regu A pada ritual nappak. Cukup dengan menangkap / menyambut lemparan tongkat pendek hasil pukulan pemain regu A tersebut sebelum tongkat tersebut jatuh ke tanah maka ia berhasil menggugurkan pemain. Selain itu sambutan ini juga menjadi tambahan point buat regu B. Jika ha ini kembali gaga dilakuakn pemain regu B maka pemain regu A barhak melanjutkan permainan ke ritual terahir (motong ayam)
  2. (b) Untuk memperkecil point permainan regu A maka seluruh pemain regu B yang bertugas jaga ini harus berhasil menggagalkan setiap ritual permainan pemain regu A sebelum mencapai ritual terahir. Jika pemain regu A tadi berhasil lolos hingga ke ritual terahir (motong ayam) maka pemain regu B hanya bisa memperkecil hitungan point regu A atau bahkan membuat hitungan point menjadi minus dengan cara menendang / mendorong (tanpa dipegang/ditangkap) lemparan tongkat pendek hasil pukulan pemain regu A kearah lobang cak kelelet. Hitungan point pemain regu A menjadi minus (dikurangi) jika tongkat pendek berhasil dikembalikan membelakangi lobang cak kelelet.
  • Sistem point dalam permainan cak kelelet. Dalam permainan ini point dihitung dalam satuan tongkat (baik itu tongkat panjang maupun tongkat pendek). Uniknya lagi point tidak hanya bisa didapatkan oleh regu pemain akan tetapi juga di dapat dikoleksi oleh regu lawan/regu jaga/regu bertahan. dan tentunya regu yang berhasil mengumpulkan point terbanyaklah yang menjadi regu pemenang.
          Point didapatkan regu A dengan cara :
  • *) dalam ritual nyungkel pemain regu A mendapatkan point 0 karena ritual ini adalah ritual prasyarat untuk menentukan ritual selanjutnya.
  • *) dalam ritual nappak  point dihitung dari jarak tempat tongat pendek jatuh pertama kali ke arah lobang cak kelet (jika tidak berhasil ditangkap pemain lawan) atau tempat (titik) tongkat pendek ditangkap pemain lawan kearah lubang cak kelelet jika ritual ini digagalkan pemain lawan. Point dalam ritual nappak ini seluruhnya dihitung dengan satuan tongkat panjang. Misal, jarak ini terhitung sejauh 20 tongkat panjang maka point yang didapatkan regu A adalah 20
  • *) dalam ritual potong ayam poin dihitung dengan satuan tongkat pendek yaitu dari titik terjauh tongkat pendek terlempar (bukan tempat pertama jatuh) baik itu point plus (ditambahkan) maupun poin yang dihitung minus (dikurangi). Dalam hitungan  ritual potong ayam ini juga bisa mendapatkan bonus jumlah hitungan yang dikalikan (x). Bonus ini didapatkan setelah lambungan tongkat pendek yang pertama kali  pada ritual potong ayam dilambungkan kembali keatas baik sekali maupun berkali-kali baru kemudian dipukul menjauhi lubang cak kelelet. Jika berhasil melambungkannya kembali sebanyak 10 kali misalnya maka poin yang didapatkan regu pemain adalah jumlah hitungan jarak lemparan tongkat kearah lubang dikalikan dengan niali 10. Misalnya jarak lemparan tongkat ke arah lubang cak kelelet terhitung sejauh 20 tongkat pendek tetapi sebelum menappak tongkat tersebut pemain melambungkannya sebanyak 3 kali maka point yang didapatkan adalah 20x3 = 30. hal ini juga berlaku jika posisi tongkat pendek hasil lemparan berada dibelakang lubang cak kelelet (setelah di gagalkan/dikembaikan pemain lawan tentunya) maka point nya tetap dikalikan cuma dihitung berkurang (minus) misalnya seperti contoh tadi maka point yang didapatkan regu A adalah -30
      Point didapatkan regu jaga (regu B) jika:
  • *) berhasi mengagalkan ritual pertama permainan pemain regu A pointnya mendapat 10. Point ini juga berlaku jika leparan kearah tongkat panjang tepat sasaran (mengenai tongkat panjang) walaupun tidak sampai mengagalkan permainan regu A (lihat point a)
  • *) berhasil mengagalkan ritual kedua dari permainan pemain regu A. Untuk setiap sambutan atau  tangkapan yang menggunkan sebelah tangan pointnya 10 sedangkan tangkapan dua belah tangan mendapat poit 5.
Begitulah kira-kira deskripsi permainan ini saya paparkan. Kalau masih terdapat banyak kekurangan maklum aja sebab sudah lama saya tidak mainkan permainan ini bahkan melihat anak-anak di bawah umurku saja tidak pernah. Padahal waktu kecil dulu sering banget kami memainkannya walaupun kadang ada pemain celaka terkena lemparan tongkat yang kuat. Buat teman-teman yang mengenal dan pernah memainkan permainan ini mohon bantuan untuk memperbaiki segala kekhilafan dan kekurangan tulisan ini.

sumber: pengalaman pribadi dan sharing dengan beberapa teman


Related Posts

Comments
2 Comments

2 comments:

Gho Soe said...

izin copas wak, buat makalah mulok

bunk yoen said...

hantam jak bro,,,,,, maaf bahasenye betaboran,,,,, heeee

Passan Pala' Kesah

Awalnya blog ini dibuat hanya iseng untuk mendokumentasikan dan mengumpulkkan khazanah tanah kelahiran yang hampir terlupakan generasi muda. Berawal dari postingan permainan rakyat dan kamus mini bahasa Melayu Sambas, admin terus memperbaiki SEO dan postingan dan berupaya memenuhi apa yang diinginkan pembaca blog ini. Setelah di analisa, ternyata kebanyakan pengunjung blog ini mencari tentang sejarah kelam Sambas 1999.

Inginya blog ini difokuskan untuk sejarah, budaya dan segala sesuatu yang terkait dengan tanah kelahiran, namun pada perjalanannya admin banyak menemukan artikel menarik dan sengaja direpost disini untuk arsip pribadi. Sungguh sangat tidak disangka ternyata banyak juga pembaca punya ketertarikan yang sama dengan fenomena akhir zaman yang semakin nyata. Untuk saat ini admin akan fokus pada artikel tentang Dajjal dan Imam Mahdi yang dipastikan sebentar lagi akan tiba. Apabila pembaca menemukan artikel yang menarik haraplah berikan hujatan, celaan atau komentarnya...^_^

Jika ada yang tertarik untuk menjadi penulis di blog ini, atau tukar link sesama blogger, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi admin

Hariyono Al Kifri