Seperti para
nabi-nabi dan rasul-rasul yang martabat serta kedudukan mereka tidak sama di
antara satu sama lain, para Aulia juga diberi martabat berlainan. Di kalangan
para Anbia dan Rasul yang jumlahnya sangat ramai itu pun (Nabi lebih 124,000
dan Rasul 315) yang wajib diketahui hanya 25 orang sahaja (Nabi dan Rasul)
sedangkan yang bakinya tidak wajib diketahui. Daripada 25 orang Nabi dan Rasul
itu ada pula lima orang yang dikurniakan martabat tinggi, dipanggil ‘Ulul
Azmi’, iaitu Muhammad s.a.w., Ibrahim a.s., Musa a.s., Isa a.s. dan Nuh a.s.
Para Aulia juga mempunyai martabat yang berbeza-beza. Namun tidak ada siapa
yang dapat mengenal pasti siapakah di antara para Aulia itu yang tertinggi
martabatnya kecuali Allah, kerana fungsi atau peranan para nabi dan Rasul.
Seperti dijelaskan dahulu, para nabi dan rasul yang diutus kepada manusia harus
membuktikan bahawa mereka dibekalkan oleh mukjizat yang dikurniakan Allah
kepada mereka.
Tetapi para
Aulia tidak wajib membuktikan diri mereka sebagai Aulia melalui karamah yang
dikurniakan oleh Allah kepada mereka. Bahkan para Aulia dikehendaki merahsiakan
kewalian mereka, apalagi martabat mereka, kecuali dalam keadaan darurat atau
terdesak sahaja. Sebab itu para Aulia tidak dapat dikenal pasti yang lebih
tinggi martabatnya daripada yang lain, sedangkan bilangan mereka sangat ramai.
Mungkin martabat para Aulia itu dapat dikenal hanya melalui karamah mereka,
sedangkan karamah mereka pun tidak wajib ditontonkan kepada orang ramai,
kecuali jika terdesak. Tingkatan para wali dapat dibahagikan kepada beberapa
tingkatan sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing di sisi Allah swt. Di
antara mereka ada yang terbatas jumlahnya di setiap masanya, tetapi ada pula
yang tidak terbatas jumlahnya Sehubungan dengan hal ini, Syeikh Muhyiddin Ibnul
Arabi memberikan penjelasan tentang tingkatan dan pembahagian para wali seperti
yang diterangkan dalam kitabnya FUTUHATUL MAKKIYAH pada bab ke tujuh
puluh tiga yang diringkas oleh Syeikh Al Manawi dalam mukaddimah Thabaqat
Sughrahnya sebagai berikut:
1. Al-Aqtab
Al Aqtab berasal
dari kata tunggal Al Qutub yang berarti penghulu. Dari sini
dapat kita simpulkan bahwa Al Aqtab adalah darjat kewalian yang tertinggi.
Jumlah wali yang mempunyai darjat tersebut sangat terbatas yaitu hanya seorang saja untuk
setiap masanya. Seperti Abu Yazid Al Busthami dan Ahmad Ibnu Harun Rasyid
Assity. Di antara mereka ada yang mempunyai kedudukan di bidang pemerintahan,
meskipun tingkatan taqarrubnya juga mencapai darjat tinggi, seperti para
Khulafa’ur Rasyidin, Al Hasan Ibnu Ali, Muawiyah Ibnu Yazid, Umar Ibnu Abdul
Aziz dan Al Mutawakkil.
2. Al-A
immah
Al Aimmah berasal
dari kata tunggal imam yang berarti pemimpin. Setiap masanya
hanya ada dua orang saja yang dapat mencapai darjat Al Aimmah. Keistimewaannya,
ada di antara mereka yang pandangannya hanya tertumpu ke alam malakut saja, ada
pula yang pandangannya hanya tertumpu di alam malaikat saja.
3. Al-Autad
Al Autad berasal
dari kata tunggal Al Watad yang berarti pasak. Yang memperoleh
darjat Al Autad hanya ada empat orang saja setiap masanya. Kami menjumpai
seorang di antara mereka dikota Fez di Morocco. Mereka tinggal di utara, di
timur, di barat dan di selatan bumi, mereka bagaikan penjaga di setiap pelosok
bumi.
4. Al-Abdal
Al Abdal berasal
dari kata Badal yang berarti menggantikan. Yang memperoleh
darjat Al Abdal itu hanya ada tujuh orang dalam setiap masanya. Setiap wali
Abdal ditugaskan oleh Allah swt untuk menjaga suatu wilayah di bumi ini.
Dikatakan di bumi ini mempunyai tujuh daerah. Setiap daerah dijaga oleh seorang
wali Abdal. Jika wali Abdal itu meninggalkan tempatnya, maka ia akan digantikan
oleh yang lain. Ada seorang yang bernama Abdul Majid Bin Salamah pernah
bertanya pada seorang wali Abdal yang bernama Muaz Bin Asyrash, amalan apa yang
dikerjakannya sampai ia menjadi wali Abdal? Jawab Muaz Bin Asyrash: “Para wali
Abdal mendapatkan darjat tersebut dengan empat kebiasaan, yaitu sering lapar,
gemar beribadah di malam hari, suka diam dan mengasingkan diri”.
5. An-Nuqaba’
An Nuqaba’ berasal
dari kata tunggal Naqib yang berarti ketua suatu kaum. Jumlah
wali Nuqaba’ dalam setiap masanya hanya ada dua belas orang. Wali Nuqaba’ itu
diberi karamah mengerti sedalam-dalamnya tentang hukum-hukum syariat. Dan
mereka juga diberi pengetahuan tentang rahasia yang tersembunyi di hati
seseorang. Selanjutnya mereka pun mampu untuk meramal tentang watak dan nasib
seorang melalui bekas jejak kaki seseorang yang ada di tanah. Sebenarnya hal
ini tidaklah aneh. Kalau ahli jejak dari Mesir mampu mengungkap rahsia seorang
setelah melihat bekas jejaknya. Apakah Allah tidak mampu membuka rahsia
seseorang kepada seorang waliNya?
6. An-Nujaba’
An Nujaba’ berasal
dari kata tunggal Najib yang berarti bangsa yang mulia. Wali
Nujaba’ pada umumnya selalu disukai orang. Dimana sahaja mereka mendapatkan
sambutan orang ramai. Kebanyakan para wali tingkatan ini tidak merasakan diri
mereka adalah para wali Allah. Yang dapat mengetahui bahawa mereka adalah wali
Allah hanyalah seorang wali yang lebih tinggi darjatnya. Setiap zaman jumlah
mereka hanya tidak lebih dari delapan orang.
7. Al-Hawariyun
Al Hawariyun berasal
dari kata tunggal Hawariy yang berarti penolong. Jumlah wali
Hawariy ini hanya ada satu orang sahaja di setiap zamannya. Jika seorang wali
Hawariy meninggal, maka kedudukannya akan diganti orang lain. Di zaman Nabi
hanya sahabat Zubair Bin Awwam saja yang mendapatkan darjat wali Hawariy
seperti yang dikatakan oleh sabda Nabi: “Setiap Nabi mempunyai Hawariy.
Hawariyku adalah Zubair ibnul Awwam”. Walaupun pada waktu itu Nabi mempunyai
cukup banyak sahabat yang setia dan selalu berjuang di sisi beliau. Tetapi
beliau sawberkata demikian, kerana beliau tahu hanya Zubair sahaja yang
meraih darjat wali Hawariy. Kelebihan seorang wali Hawariy biasanya seorang
yang berani dan pandai berhujjah.
8. Al-Rajbiyun
Ar Rajbiyun berasal
dari kata tunggal Rajab. Wali Rajbiyun itu adanya hanya pada bulan Rajab
saja. Mulai awal Rajab hingga akhir bulan mereka itu ada. Selanjutnya keadaan
mereka kembali biasa seperti semula. Setiap masa, jumlah mereka hanya ada empat
puluh orang sahaja. Para wali Rajbiyun ini berpecah di berbagai wilayah. Di
antara mereka ada yang saling mengenal, tapi kebanyakannya tidak.
Disebutkan
bahawa ada sebahagian orang dari Wali Rajbiyun yang dapat melihat hati
orang-orang Syiah melalui kasyaf. Ada dua orang Syiah yang mengaku sebagai Ahlu
Sunnah dihadapan seorang wali Rajbiyun. Lalu keduanya diusir, kerana wali
Rajbiyun itu melihat keduanya berupa dua ekor babi, sebab keduanya membenci Abu
Bakar, Umar dan sahabat-sahabat lain. Keduanya hanya mencintai Ali dan sejumlah
sahabatnya. Ketika keduanya bertanya padanya, maka si wali tersebut berkata:
“Aku lihat kamu berdua berupa dua ekor babi, kerana kamu menganut mazhab Syiah
dan membenci para sahabat Nabi”. Ketika berita itu disedari kebenarannya oleh
keduanya, maka keduanya mengaku benar dan segera memohon ampun kepada Allah.
Demikianlah secuil kisah kasyaf seorang wali Rajbiyun.
Pada
umumnya, di bulan Rajab, sejak awal harinya, para wali Rajbiyun menderita
sakit, sehingga mereka tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya. Selama bulan
Rajab, mereka senantiasa mendapat berbagai pengetahuan secara kasyaf, kemudian
mereka memberitahukannya kepada orang lain. Anehnya penderitaan mereka hanya
berlangsung di bulan Rajab. Setelah bulan Rajab berakhir, maka kesehatan mereka
kembali seperti semula.
9. Al-Khatamiyun
Al
Khatamiyun berasal dari kata Khatam yang berarti penutup
atau penghabisan. Maksudnya darjat Al Khatamiyun adalah sebagai penutup para
wali. Jumlah mereka hanya seorang. Tidak ada darjat kewalian umat Muhammad yang
lebih tinggi dari tingkatan ini. Jenis wali ini hanya akan ada di akhir masa,
iaitu ketika Nabi Isa as. datang kembali.
10. Rijalul
Ghaib
Di antaranya
pula ada yang diberi pangkat Rijalul Ghaib atau manusia-manusia
misteri. Jumlah wali jenis ini hanya sepuluh orang di setiap masa. Mereka
orang-orang yang selalu khusyu’, mereka tidak berbicara kecuali dengan perlahan
atau berbisik, kerana mereka merasa bahwa Allah swt selalu mengawasi mereka. Mereka
sangat misteri, sehingga keberadaan mereka tidak banyak dikenal kecuali oleh
ahlinya. Mereka selalu rendah hati, malu dan mereka tidak banyak mementingkan
kesenangan dunia. Boleh dikata segala tindak tanduk mereka selalu misteri. Di
antaranya pula ada yang selalu menegakkan agama Allah. Jumlah mereka hanya
lapan belas orang di setiap masa. Ciri khas mereka adalah selalu menegakkan
hukum-hukum Allah. Dan mereka bersikap keras terhadap segala penyimpangan.
Syeikh Abu
Madyan termasuk salah seorang di antara mereka. Beliau berkata kepada
murid-muridnya: “Tampilkan kepada manusia tanda redha kamu sebagaimana kamu
menampilkan rasa ketidaksenangan kamu, dan perlihatkan kepada
manusia segala nikmat yang diberikan Allah, baik yang zahiriyah mahupun
batiniyah seperti yang dianjurkan Allah dalam firmanNya berikut: “Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaknya engkau menyebut-nyebutnya sebagai tanda
bersyukur” (QS. Adh
Dhuha : 11)
11. Rijalul
Quwwatul Ilahiyah
Di antaranya
pula ada wali yang dikenal dengan nama Rijalul Quwwatul Ilahiyah artinya
orang-orang yang diberi kekuatan oleh Tuhan. Jumlah mereka hanya delapan orang
sahaja di setiap zaman. Wali jenis ini mempunyai keistimewaan, iaitu sangat
tegas terhadap orang-orang kafir dan terhadap orang-orang yang suka
memperkecilkan agama. Sedikit pun mereka tidak takut oleh kritikan orang. Di
kota Fez ada seorang yang bernama Abu Abdullah Ad Daqqaq. Beliau dikenal
sebagai seorang wali dari jenis Rijalul Quwwatul Ilahiyah. Di antaranya pula
ada jenis wali yang sifatnya keras dan tegas. Jumlah mereka hanya ada 5 orang
disetiap zaman. Meskipun watak mereka tegas, tetapi sikap mereka lemah lembut
terhadap orang-orang yang suka berbuat kebajikan.
12. Rijalul
Hanani Wal Athfil Ilahi
Di antaranya
pula ada jenis wali yang dikenal dengan nama Rijalul Hanani Wal Athfil
Illahi artinya mereka yang diberi rasa kasih sayang Allah. Jumlah mereka
hanya ada lima belas orang di setiap zamannya. Mereka selalu bersikap kasih
sayang terhadap manusia baik terhadap yang kafir mahupun yang mukmin. Mereka
melihat manusia dengan pandangan kasih sayang, kerana hati mereka dipenuhi rasa
insaniyah yang penuh rahmat.
13. Rijalul
Haibah Wal Jalal
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Haibah Wal Jalali. Jumlah
mereka hanya empat orang di setiap masa. Jenis wali tingkatan ini dikenal
sebagai orang-orang yang hebat dan mengkagumkan, meskipun sifat mereka lemah
lembut, tetapi orang-orang yang menemui mereka akan tunduk. Mereka tidak
dikenal di bumi, tapi mereka adalah orang-orang yang dikenal di langit. Di antara
mereka ada yang mempunyai hati seperti Nabi Muhammad saw, ada pula yang
mempunyai hati seperti Nabi Syuaib, Nabi Salleh dan Nabi Hud. Sayyid Muhyiddin
berkata: “Aku pernah menemui wali golongan ini di kota Damsyik”.
14. Rijalul
Fathi
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Fathi. Artinya
rahasia-rahasia Allah swt selalu terbuka bagi mereka. Jumlah mereka hanya ada dua puluh empat orang di setiap masanya. Jumlah mereka sama dengan bilangan jam, yaitu 24
orang. Meskipun demikian, mereka tidak pernah berkumpul di satu tempat dalam
jumlah sebanyak itu. Adanya mereka menyebabkan terbukanya pintu-pintu
pengetahuan, baik yang nyata mahupun yang rahasia.
15. Rijalul
Ma’arij Al’-‘Ula
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam kelompok Rijalul Ma’arij Al ‘Ula. Jumlah
mereka hanya tujuh orang di setiap masa. Mereka termasuk wali-wali tingkatan
tinggi, hampir setiap saatnya mereka naik ke alam malakut, mereka adalah
orang-orang pilihan.
16. Rijalu
Tahtil Asfal
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalu Tahtil Asfal, yaitu mereka
yang berada di alam terbawah di bumi. Jumlah mereka tidak lebih dari dua puluh satu orang
di setiap masa. Ciri khas wali ini, hati mereka selalu hadir di hadapan Allah.
17. Rijalul
Imdadil Ilahi Wal Kaun
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Imdadil Ilahi Wal Kauni, yaitu mereka yang selalu mendapat kurniaan Ilahi. Jumlah mereka tidak lebih
dari tiga orang di setiap masa. Mereka selalu mendapat pertolongan Allah untuk
menolong manusia sesamanya. Sikap mereka dikenal lemah lembut dan berhati
penyayang. Mereka senantiasa menyalurkan anugerah-anugerah Allah kepada
manusia. Pokoknya, adanya mereka menunjukkan berpanjangannya kasih sayang Allah
kepada makhlukNya.
18. Ilahiyun
Rahmaniyun
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Ilahiyun Rahmaniyun, yaitu
manusia-manusia yang diberi rasa kasih sayang yang luar biasa. Jumlah mereka
ini hanya tiga orang di setiap masa. Sifat mereka seperti wali-wali Abdal,
meskipun mereka tidak termasuk didalamnya. Kegemaran mereka suka mengkaji
firman-firman Allah.
19. Rijalul
Istithaalah
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Istithaalah, yaitu
manusia-manusia yang selalu mendapat pertolongan Allah. Jumlah mereka hanya
seorang dalam setiap masa. Yang termasuk kelompok ini adalah Syeikh Abdul Qadir
Jilani. Mereka selalu menolong manusia dan mereka sangat ditakuti.
20. Rijalul
Ghina Billah
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalul Ghina Billah, yaitu
orang-orang yang tidak memerlukan kepada manusia sedikit pun. Jumlah mereka
hanya dua orang di setiap masanya. Mereka selalu mendapat siraman rohani dari
alam malakut, sehingga kelompok ini tidak memerlukan kepada bantuan sesiapa
pun, selain bantuan Allah.
21. Rijalu
‘Ainut Tahkim Waz Zawaid
Di antaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan Rijalu ‘Ainut Tahkim Waz Zawaid.
Jumlah mereka hanya sepuluh orang di setiap zamannya. Mereka senantiasa
meningkatkan keyakinannya terhadap masalah-masalah yang ghaib. Seluruh hidup
mereka terlihat aktif di semua aktivitas ibadah.
22. Rijalul
Isytiqaq
Diantaranya
pula ada yang termasuk dalam golongan RijalulIsytiqaq, yaitu mereka yang
selalu rindu kepada Allah. Jumlah mereka hanya lima orang di setiap zamannya.
Kegemaran mereka hanya memperbanyakkan solat di siang hari dan di malam hari.
23. Al-Mulamatiyah
Di
antaranya, ada yang termasuk dalam golongan Al Mulamatiyah. Mereka
tergolong dari wali darjat yang tinggi, pimpinan tertingginya adalah Nabi
Muhammad saw. Mereka sangat berhati-hati dalam melaksanakan syariat Islam.
Segala sesuatu mereka tempatkan di tempatnya yang tepat. Tingkah laku mereka
selalu didasari rasa takut dan hormat kepada Allah. Sudah tentu keberadaan
mereka sangat diperlukan, meskipun mereka tidak terbatas. Ada kalanya jumlah
mereka meningkat, tetapi ada kalanya pula jumlah mereka berkurangan.
24. Al-Fuqara’
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Fuqara’. Jumlah mereka
ada kalanya meningkat dan ada kalanya berkurangan. Ciri khas mereka ini selalu
merendahkan diri. Mereka merasa rendah di hadapan Allah.
25. As-Sufiyyah
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam kelompok As Sufiyyah. Jumlah
mereka tidak terbatas. Ada kalanya membesar dan ada kalanya pula berkurangan.
Mereka dikenal sebagai wali yang amat luhur budi pekertinya. Mereka selalu
menghias diri mereka dengan kebajikan-kebajikan yang sesuai dengan ketinggian
budi pekerti mereka.
26. Al-‘Ibaad
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al ‘Ibaad. Mereka
dikenali sebagai orang-orang yang suka beribadah. Pokoknya, ibadah merupakan
kegiatan mereka sehari-hari, mereka suka mengasingkan diri di gunung-gunung, di
lembah-lembah dan di pantai-pantai. Di antara mereka ada yang mahu bekerja,
tetapi kebanyakan dari mereka meninggalkan semua kegiatan duniawi. Puasa
sepanjang masa dan beribadah di malam hari merupakan syiar mereka. Sebab,
menurut mereka dunia ini adalah tempat untuk menyuburkan amal-amal di akhirat.
Abu Muslim Al Khaulani adalah di antara wali tingkatan ini. Biasanya jika ia
merasa letih ketika beribadah di malam hari, maka ia memukul kedua kakinya
seraya berkata: “Kamu berdua lebih pantas dipukul dari binatang ternakanku”.
27. Az-Zuhaad
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Az Zuhaad. Mereka
termasuk orang-orang yang suka meninggalkan kesenangan duniawi. Mereka
mempunyai harta, tetapi mereka tidak pernah menikmatinya sedikitpun, sebab,
seluruh hartanya mereka nafkahkan pada jalan Allah. Sayyid Muhyiddin berkata:
“Di antara bapa saudaraku ada yang tergolong dari wali tingkatan ini”.
Disebutkan bahawa Syeikh Abdullah At Tunisi, seorang ahli ibadah di masanya, ia
dikenal sebagai salah seorang wali Az Zuhad. Pada suatu hari, penguasa kota
Tilmasan menghampiri tempat Syeikh Abdullah seraya berkata kepadanya: “Wahai
Syeikh Abdullah, apakah aku boleh solat dengan pakaian kebesaranku ini?”
Mendengar pertanyaan itu, Syeikh Abdullah tertawa. Tanya si penguasa: “Mengapa
engkau tertawa, wahai Syeikh? Jawab Syeikh Abdullah: “Aku tertawa kerana
lucunya pertanyaanmu tadi, sebab mengapa engkau bertanya kepadaku seperti itu,
padahal pakaianmu dan makananmu dari harta yang haram?” Mendengar jawaban
Syeikh Abdullah seperti itu, maka si penguasa menangis dan menyatakan taubatnya
kepada Syeikh, selanjutnya ia meninggalkan kekuasaannya demi untuk mengabdikan
diri kepada Syeikh Abdullah, sehingga beliau berkata: “Mintalah doa kepada
Yahya Bin Yafan, sesungguhnya ia adalah seorang penguasa dan seorang ahli
zuhud, andaikata aku diuji sepertinya, mungkin aku tidak dapat
melaksanakannya”.
28. Rijalul
Maa’i
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Rijalul Maa’i. Mereka
adalah para wali yang senantiasa beribadah di pinggir-pinggir laut dan sungai.
Mereka tidak banyak dikenal, kerana mereka suka mengasingkan diri. Disebutkan,
bahwa Syeikh Abu Saud Asy Syibli pernah berada di pinggir sungai Dajlah di
Baghdad. Ketika hatinya bergerak: “Apakah ada di antara hamba-hamba Allah yang
beribadah di dalam air?” Tiba-tiba ada seorang yang muncul dari dalam air
seraya berkata: “Ada, wahai Abu Saud. Di antara hamba-hamba Allah ada juga yang
beribadah di dalam air dan aku termasuk di antara mereka. Aku berasal dari
negeri Takrit, aku sengaja keluar, kerana beberapa hari mendatang akan terjadi
musibah di negeri Baghdad”. Kemudian ia menghilang ke dalam air. Kata Abu Saud:
“Ternyata tidak lebih dari lima belas hari musibah memang terjadi.”
29. Al-Afrad
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Afrad. Mereka termasuk
wali-wali berkedudukan tinggi. Di antara mereka adalah Syeikh Muhammad Al
‘Awani, sahabat karib Syeikh Abdul Qodir Al Jailani. Mereka ini jarang dikenal
manusia awam, kerana kedudukan mereka terlalu tinggi. Jumlah mereka tidak
terbatas. Ada kalanya jumlah mereka meningkat dan ada kalanya pula berkurangan.
30. Al-Umana’
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Umana’ artinya
orang-orang yang dapat diberikan kepercayaan. Di antara mereka adalah Abu
Ubaidah Ibnul Jarrah, sepertimana yang disebutkan oleh Nabi saw: “Abu Ubaidah
adalah orang yang paling dapat diberi kepercayaan di antara umat ini”. Jumlah
mereka tidak terbatas. Mereka jarang dikenal manusia, kerana mereka tidak
pernah menonjol ditengah masyarakatnya.
31. Al-Qurra’
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Qurra’. Mereka ahli
membaca Al Quran. Menurut sebuah hadis, wali-wali ini termasuk orang-orang yang
dekat dengan Allah, kerana mereka ahli Al Quran. Dan mereka harus dimuliakan.
Syeikh Sahal Bin Abdullah At Tusturi termasuk di antara mereka.
32. Al-Ahbab
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Ahbab, iaitu
orang-orang yang dikasihi. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya meningkat,
adakalanya pula berkurangan. Mereka mencapai tingkatan ini disebabkan mereka
melaksanakan segala ibadah dan takarrub kerana cinta kepada Allah. Ibadah yang
didasari cinta, lebih baik dari ibadah yang berharap pahala dan syurga. Maka
sebagai imbalan baik bagi mereka, mereka mendapat kasih sayang Allah yang luar
biasa.
33. Al-Muhaddathun
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Muhaddathun, iaitu
orang-orang yang selalu diberi ilham oleh Allah. Menurut hadits Nabi, ada
sebahagian dari umatku yang diberi ilham dari Allah. Maka Umar Bin Al Khattab
termasuk salah satu dari mereka. Sayyid Muhyiddin Ibnu Arabi ra berkata: “Di
zaman kami ada pula wali-wali Al Muhaddathun, di antaranya adalah Abul Abbas Al
Khasyab dan Abu Zakariya Al Baha-i”. Para wali yang tergolong dalam golongan
ini senantiasa mendapat bisikan-bisikan rohani dari penduduk alam malakut,
misalnya dari Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail, sebab rohani mereka sudah
dapat menembus alam arwah atau alam malakut.
34. Al-Akhilla’
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Akhilla’. Mereka
adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebab segala ibadah yang mereka lakukan
selalu didasari cinta kepada Allah. Jumlah mereka tidak terbatas, adakalanya
meningkat dan adakalanya berkurangan.
35. As-Samra’
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan As Samra’. Arti kata As
Samra’ adalah berkulit hitam manis. Jumlah mereka tidak terbatas. Mereka
termasuk orang-orang yang senantiasa berdialog dengan Allah, sebab hati mereka
selalu dipenuhi rasa ketuhanan yang tiada taranya.
36. Al-Wirathah
Di
antaranya, ada pula yang termasuk dalam golongan Al Wirathah, yaitu mereka
yang mendapat warisan dari Allah. Mereka adalah para ulama, pewaris para Nabi.
Kelompok ini termasuk orang-orang yang gemar beribadah sampai melebihi dari
batas kemampuannya. Mereka suka mengasingkan diri di tempat-tempat terpencil
demi untuk memenuhi kecintaannya kepada Allah.
Di antara para Wali Allah tersebut ada yang hatinya seperti Nabi Adam as. Jumlah mereka hanya tiga ratus orang. Sabda Nabi saw: “Mereka berhati seperti hati Adam as”. Mereka diberi anugerah tersendiri oleh Allah swt. Syeikh Muhyidin berkata: “Jumlah wali jenis ini bukan hanya tiga ratus orang saja dikalangan umatnya, tetapi ada juga dikalangan umat-umat lain. Tentang keberadaan mereka hanya dapat diketahui secara kasyaf. Setiap masanya dunia tidak pernah kosong dari keberadaan mereka. Mereka mempunyai budi pekerti Ilahi, mereka amat dekat disisi Allah. Doa mereka selalu diterima oleh Allah. Mereka senang dengan doa: “Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami suka menganiaya diri kami. Jika Engkau tidak berkenan memberi ampunan dan kasih sayang kepada kami, pasti kami akan termasuk orang-orang yang rugi”.
Di antara mereka ada pula yang berhati seperti hati Nabi Nuh as. Jumlah mereka hanya empat puluh orang di setiap zamannya. Hati mereka seperti hatinya Nabi Nuh as. Beliau adalah Nabi dan Rasul pertama. Mereka suka berdoa, seperti doa Nabi Nuh as yang ertinya: “TuhanKu, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sesiapa sahaja dari orang beriman, lelaki ataupun wanita yang masuk ke dalam rumahku dan jangan Engkau tambahkan bagi orang-orang yang berbuat aniaya kecuali kebinasaan”. Tingkatan wali dari jenis ini sukar diraih orang, sebab ciri khas mereka sangat keras dalam menegakkan agama, seperti sifat Nabi Nuh as. Mereka selalu memperhatikan sabda Nabi saw yang ertinya: “Barangsiapa yang beribadah selama empat puluh hari dengan penuh ikhlas, maka akan terpancar ilmu hakikat dari lubuk hatinya ke lidahnya”.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Nabi Ibrahim. Jumlah wali jenis ini hanya ada tujuh orang dalam setiap zamamnya. Rasulullah saw pernah menceritakan tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka suka dengan doa Nabi Ibrahim as yang artinya: “Tuhanku, berikan kepadaku kebijaksanaan, dan ikutkan aku kepada orang-orang salih”. Mereka diberi keistimewaan yang luar biasa, hati mereka dibersihkan dari rasa ragu, rasa dengki dan rasa buruk sangka terhadap Khalik maupun makhluk, mereka terlindung dari sebarang perbuatan buruk. Syeikh Muhyiddin berkata: “Aku pernah menemui salah seorang dari jenis wali tersebut, aku kagum dengan kemuliaan budi pekertinya, luas pengetahuannya dan kesucian hatinya, sampai aku beranggapan bahwa kesenangan syurga telah dipercepatkan baginya”.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Jibril. Jumlah wali jenis ini hanya ada lima orang sahaja dalam setiap zamannya. Rasulullah saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Mereka diberi kekuatan seperti yang diberikan kepada malaikat Jibril yang amat kuat. Di hari kiamat kelak, mereka akan dikumpulkan dengan malaikat Jibril. Dan malaikat Jibril senantiasa membantu rohani mereka, sehingga mereka selalu terpimpin.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Mikail as. Jumlah mereka hanya ada tiga orang sahaja dalam setiap masanya. Keistimewaan mereka suka berlemah lembut terhadap semua orang, dan mereka diberi kekuatan seperti Malaikat Mikail.
Di antaranya pula ada yang berhati seperti hati Malaikat Israfil. Jumlah mereka hanya ada satu orang sahaja dalam setiap zaman. Nabi saw pernah menyebut tentang mereka dalam salah satu sabdanya. Menurut pengamatan kami, Syeikh Abu Yazid Al Bustami termasuk salah seorang dari jenis wali ini.
Termasuk juga Nabi Isa as. Syeikh Al Muhyiddin berkata: “Di antara tokoh-tokoh sufi ada yang diberi hati seperti hati Nabi Isa, kedudukan mereka sangat tinggi di sisi Allah swt”.
Di antaranya pula ada yang diberi hati seperti hati Nabi Daud as. Jumlah mereka di setiap masa hanya terbatas beberapa orang saja. Mereka diberi berbagai keistimewaan, kedudukan tinggi di dunia dan ketebalan iman.
Sumber : https://pondokhabib.wordpress.com