29 April 2011

Pemimpin yang Mengakar Mampu Selesaikan Konflik Sambas

Penyelesaian Kasus Sambas
CARI PEMIMPIN YANG BERAKAR


KOMPAS

Senin, 19 Apr 1999

Semua kelompok yang bertikai dalam kerusuhan Sambas hendaknya segera mengintrospeksi diri dan melakukan refleksi total. Akar persoalan dalam pertikaian ini adalah masalah sosial budaya, sehingga perlu dituntaskan melalui pendekatan sosial budaya pula. Introspeksi dan refleksi ini penting untuk mengetahui secara pasti kekurangan yang dimiliki warga dari setiap kelompok. Dari situ dirumuskan langkah terbaik agar peristiwa yang sama tidak terulang kembali di masa mendatang.

Demikian benang merah wawancara Kompas dengan Pangdam VI Tanjungpura Mayjen TNI Zainuri Hasyim, Kepala Kepolisian Daerah I (Kapolda) Kalimantan Barat Kolonel (Pol) Chaerul Rasjid, dan Gubernur Kalbar Aspar Aswin pekan lalu. “Perlu segera dibentuk Forum Komunikasi antar-etnis, yang mengandalkan pemimpin tingkat bawah, pemimpin yang berakar, bukannya pemimpin karbitan. Peranan pemimpin yang tumbuh dan berkembang dari bawah, akan lebih efektif,” kata Kapolda.

Sementara itu Gubernur Kalbar Aspar Aswin menyatakan, Pemda Kalbar yakin pemindahan pengungsi Sambas ke pulau khusus di wilayah Kabupaten Pontianak akan memberikan harapan baru yang lebih baik bagi warga Madura. Aswin berharap seluruh masyarakat Kalbar, termasuk para pengungsi, dapat memberi dukungan terhadap niat baik pemerintah ini.

Forum kerukunan
Salah satu cara pemecahan yang dinilai Pangdam VI Tanjungpura cukup efektif adalah pembentukan forum kerukunan hingga di tingkat kecamatan. Dalam forum itu, dilibatkan pimpinan agama, pemuka adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, serta unsur masyarakat lainnya yang benar-benar mengakar dari semua etnis yang ada di wilayah itu.

Tugas utamanya adalah menyatukan perbedaan budaya yang ada. Di samping memberi penyuluhan, pengarahan dan pengertian tentang bagaimana menjaga kerukunan, menumbuhkan keharmonisan, keterbukaan, saling menghormati, serta menghargai perbedaan budaya yang ada sehingga selalu tercipta persatuan dan kesatuan bangsa. “Perbedaan budaya, perlu dicarikan persamaan agar tidak menimbulkan benturan atau gesekan yang terus-menerus,” kata Pangdam. Pemikiran tersebut didasarkan pada persoalan, bahwa kerusuhan sosial yang terjadi selalu diawali dari masalah kriminal yang melibatkan satu-dua orang saja, tetapi tidak bisa diredam pemuka masyarakat, dan pelaku pun dilindungi sehingga timbul gesekan yang kemudian berkembang menjadi persoalan kelompok. Pangdam berharap kalangan ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu melakukan penelitian dan pengkajian secara mendalam tentang kerusuhan antaretnis di Kalbar. Hasilnya dapat dijadikan referensi untuk mencari solusi terbaik dalam upaya menuntaskan akar persoalan.

Untuk penanganan jangka panjang agar tidak terulang kerusuhan sosial, jelas Gubernur Aswin, pihaknya menawarkan kepada Universitas Tanjungpura Pontianak agar melakukan lokakarya atau seminar yang khusus mengkaji atau membedah secara integratif kerusuhan sosial, serta upaya pencegahannya. Seminar diharapkan mengungkap dan membongkar seluruh akar persoalan dari kerusuhan sosial yang berulang kali di daerah ini. “Seluruh kelompok masyarakat bersama Pemda Kalbar ingin meletakkan suatu tatanan baru yang lebih jelas dan ditaati bersama untuk menjamin kerukunan dan persaudaraan,” katanya.

Pulau khusus
Gubernur Aswin mengatakan, pelaksanaan pemindahan pengungsi ke sebuah pulau di Kalbar hendaknya tidak dipandang hanya sebagai gagasan pemerintah saja. Tetapi merupakan keinginan bersama dari semua pihak agar tidak timbul konflik yang sama lagi di kemudian hari. Itu berarti gagasan ini akan tetap langgeng. “Jika tak ada dukungan dari masyarakat, akan semakin menyulitkan pemerintah untuk segera memecahkan masalah pengungsi asal Sambas,” kata Aswin yang tidak mau menyebutkan nama pulau khusus itu meski
didesak berkali-kali oleh wartawan. 

Kapolda Kalbar menambahkan, tak ada satu suku pun yang berhak memaksa suku lain pergi dari daerah ini, sebab semua suku berhak tinggal di mana pun di republik ini. Namun Chaerul berpendapat, agar suasana menjadi dingin, warga Madura yang ada di Sambas hendaknya dikeluarkan dulu untuk sementara waktu.

Belum pulih
Situasi di Kabupaten Sambas, masih belum pulih benar. Hari Sabtu, puluhan rumah lagi di Dusun Timur II, Desa Sungaijaga, Kecamatan Sungairaya, hangus dibakar massa. Sehari sebelumnya, Jumat, bentrokan antarwarga Di Desa Sungai Ruk, Desa Sungaikeran dan Desa Sungaipangkalan II, Sungairaya, menyebabkan sedikitnya 111 rumah hangus dibakar massa dan dua orang terbunuh.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalbar dan Keuskupan Agung Pontianak menyerukan kepada masyarakat agar mengendalikan diri dan tidak terpancing terhadap selebaran gelap serta isu-isu yang hendak mengadudomba antarpemeluk agama. Sebab saat ini ada oknum yang berupaya agar kerusuhan di Kalbar terus berlanjut dan meluas. Seruan Ketua MUI Kalbar H Abdul Malik serta Uskup Agung Pontianak Mgr Hyronimus Bumbun OFM Cap itu disampaikan secara terpisah kepada Kompas di Pontianak, Sabtu. (jan/ksp)

Pemicu Kerusuhan Sambas 1999 : Ambruknya Supermasi Hukum


KETIKA SUPREMASI HUKUM AMBRUK DI SAMBAS

KOMPAS

Kamis, 01 Apr 1999

TRAGEDI Sambas 1999 yang sudah menelan korban sekitar 200 orang tewas dan lebih dari 2.000 rumah hangus dibakar massa, meninggalkan luka di tubuh etnis Melayu (juga masyarakat lainnya di Kabupaten Sambas) dan etnis Madura. Mozaik peradaban masyarakat Kabupaten Sambas dan Kalbar jadi berantakan, dan membutuhkan beberapa generasi untuk merajut kembali. Dan pasti tidak akan seutuh dan seindah dulu.

Akan tetapi, Tragedi Sambas 1999 bukan persoalan kecemburuan sosial-ekonomi, sebagaimana disinyalir para pengamat yang tidak memahami realitas obyektif sosial budaya masyarakat Kabupaten Sambas. “Tragedi Sambas merupakan resultan dari masalah-masalah struktural dan nonstruktural yang tumpang-tindah satu sama lain. Amuk massa dalam bentuk kekerasan adalah aktualisasi dari ketidakmampuan masyarakat menanggung beban masalah tersebut,” kata Chairil Effendi, anggota Kelompok Diskusi Kalbar di Singkawang, Kamis (25/3).

Masalah struktural, kata Chairil, menyangkut adanya rekayasa sistematis rezim Orde Baru dalam segala dimensinya. Secara ekonomi, Kalbar penyumbang devisa kelima terbesar bagi Indonesia, namun masyarakatnya menduduki tempat ketiga termiskin di Indonesia. Pengeksploitasian sumber daya alam Kalbar, baik hutan maupun tambangnya, tidak memberikan kontribusi berarti bagi peningkatan harkat dan martabat kehidupan masyarakatnya.

Kerusuhan Sambas : Pengungsi Mencapai 27.000-an

KOMPAS
Senin, 29 Mar 1999
WARGA MADURA YANG MENGUNGSI 27.000-AN
* Komnas HAM Tiba di Pontianak
Pontianak, Kompas



PENGUNGSI – Pengungsi korban kerusuhan sosial di Sambas (Kalbar), tercatat 27.000-an orang, sebagian besar kini berada di Pontianak. Mereka berdesak-desakan di atas perahu tradisional yang melewati Sungai Sambas Besar. Para pengungsi tersebut antara lain berasal dari Sedoyan, Kecamatan Sijangkung, Kabupaten Sambas, yang menuju Pontianak Jumat pekan lalu.


Sekitar 200 warga Madura yang saat ini mengungsi di Pontianak (Kalbar), hari Minggu (28/3) melakukan shalat Ied memperingati Idul Adha di halaman Stadion Syarif Abdulrachman Pontianak. Mereka merupakan bagian dari 27.783 pengungsi asal Kabupaten Sambas yang sejak pekan lalu berangsur-angsur tiba di Pontianak dan kota lain di Kalbar, menyusul kerusuhan sosial yang melibatkan dua etnik.

Menurut Asisten I Sekwilda Pemda Kalbar Ibrahim Salim di Pontianak, dari 27.783 pengungsi tersebut, 20.782 orang mengungsi ke Pontianak dan ditempatkan di 10 lokasi, sedangkan 7.001 orang lainnya masih di Kabupaten Sambas. Mereka diungsikan ke empat lokasi berturut-turut Markas Kompi A dan B Batalyon Infantri 641 Beruang di Sambas dan Pemangkat, Pangkalan TNI AU di Sanggauledo dan kantor PMI Singkawang.

Sekitar 1.400 orang pengungsi warga Madura ini, kata Ibrahim Salim, sudah meminta izin pulang ke kampung asal dengan biaya sendiri. “Sebanyak 18 orang sudah membeli tiket kapal dan berangkat hari Senin besok (hari ini-Red). Sepanjang itu keinginan mereka sendiri, terserah. Tetapi Pemda Kalbar sendiri belum  memutuskan apakah para pengungsi itu akan dikembalikan ke Madura,” jelasnya.

Mengenai jumlah korban tewas dalam kerusuhan sosial tersebut tercatat sekurang-kurangnya 186 orang. Tetapi kemungkinan angka korban masih lebih besar, mengingat ada yang langsung dikubur atau tidak terdata. Sedangkan rumah yang dibakar tercatat 2.324 buah dan dirusak 161 rumah.

Komnas HAM
Sementara itu, Wakil Ketua I Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Bambang W Soeharto dan anggota Mayjen TNI (Purn) Sugiri Minggu petang tiba di Pontianak. Mereka sempat mengunjungi pengungsi dan melihat kondisi kesehatan pengungsi. Menurut Bambang Soeharto, kedatangan Komnas HAM ke Kalbar tidak terlambat. “Kami sudah memantau konflik etnis di Sambas sejak peristiwa ini terjadi,” katanya. Komnas HAM ingin melihat apakah dalam konflik antaretnis di Sambas terjadi pelanggaran HAM. “Data yang diperoleh sementara adalah terjadinya konflik horizontal,” ujarnya. Selain itu, kata Bambang, Komnas HAM juga ingin mengetahui akar persoalan kerusuhan di Sambas, serta apa yang dilakukan Pemda dan aparat keamanan Kalbar beserta jajarannya.

Menurut Satgas Penerangan Kerusuhan Sambas Letkol (Pol) HC Tukimin di Singkawang, aparat telah menyita 444 pucuk senjata api rakitan, 1.911 senjata tajam berbagai jenis, delapan toples bubuk mesiu, 51 tabung peluru kecil, 405 butir peluru timah, 35 butir peluru gotri, 79 pipa besi, 207 peluru standar ABRI, 19 peluru bomen buatan Malaysia, 13 bom molotov, serta 500 busur dan anak panah.

Laporan terakhir menyebutkan, tim Komnas HAM hari Minggu malam mengadakan pertemuan khusus dengan unsur Muspida Kalbar, bertempat di ruang rapat Gubernur Kalbar, di Pontianak. Selain Gubernur Aspar Aswin, juga hadir Komandan Korem Kolonel (Inf) E Kadarusman, dan Kapolda Kolonel (Pol) Chairul Rasjid. Di antara para pejabat ini tampak pula Komandan Polisi Militer Kodam VI/Tanjungpura Kolonel CPM Rijanto.

Kepada tim Komnas HAM Komandan Korem maupun Kapolda Kalbar, secara bergantian memaparkan situasi Kalbar, khususnya Sambas, pascakerusuhan sosial yang disebut-sebut antaretnis Melayu dan Madura. Disampaikan pula penanganan para pengungsi di berbagai tempat. (ksp/jan)

Kerusuhan Sambas Merambah Hingga ke Perbatasan Sambas-Mempawah

KOMPAS
Rabu, 07 Apr 1999
KERUSUHAN SAMBAS MELUAS
Singkawang, Kompas


Kerusuhan di Kabupaten Sambas kini merambat ke daerah Sungai Duri, perbatasan Sambas-Mempawah. Hari Selasa (6/4), sebuah mobil bermuatan tiga ekor sapi ditembak massa di pusat kota Sungai Duri (ibu kota Kecamatan Sungairaya). Akibatnya, sopir truk itu menderita luka-luka. Sepanjang hari itu, sekurangnya 50 rumah di Kecamatan Sungairaya dibakar massa. 

Dalam kaitan ini, aparat keamanan mulai bertindak tegas. Sebanyak 33 tersangka diringkus, termasuk  seorang yang diduga menjadi provokator. Dengan demikian, jumlah tersangka yang ditahan dalam dua hari terakhir menjadi 101 orang. Bersama itu disita 15 senjata tajam berbagai jenis, enam senjata api rakitan, dan puluhan anak panah. “Kami tidak main-main lagi. Mereka yang mencoba melakukan tindakan anarkis, akan berhadapan dengan aparat keamanan,” kata Kepala Kepolisian Daerah Kalbar Kolonel (Pol) Chaerul Rasjid dan Komandan Korem 121 Kolonel (Inf) Encip Kadarusman.

Kerusuhan di Sungaiduri dan Singkawang dalam dua hari terakhir merupakan rangkaian kerusuhan sosial di Kabupaten Sambas yang berlangsung lebih satu bulan. Korban tewas tercatat sedikitnya 200 orang, lebih 2.000 rumah dibakar, dan 30.000 orang mengungsi. 

Di Bandung hari Selasa, Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto menyesalkan terjadinya kerusuhan di berbagai tempat, mengingat bangsa Indonesia tengah menghadapi agenda besar yakni gerakan reformasi yang harus disukseskan bersama. “Setiap peristiwa akibat benturan antaranggota masyarakat patut disayangkan,” katanya di Bandung, Selasa.

Sementara itu, lima warga Sambas yang mengungsi di Pontianak berhasil diselamatkan tim dokter TNI AU. Mereka adalah penderita tumor ganas dan hernia scrotalis (pembesaran zakar). Pembedahan terhadap lima  pasien ini dilakukan di rumah sakit lapangan TNI AU yang dibangun di halaman parkir Gedung Olahraga Pangsuma Pontianak. 

Untuk membantu menangani kesehatan pengungsi di Pontianak, TNI AU sejak 1 April 1999 membangun RS lapangan yang terdiri atas 12 tenda darurat, antara lain digunakan untuk poliklinik, kamar bedah, kamar perawatan, dan dapur umum. Tim medis sebanyak 41 orang yang terdiri atas dokter ahli kandungan dan kebidanan, ahli anastesi, serta ahli
bedah. (ksp/pin/jan)

Kerusuhan Sambas "Massa Bakar Pemukiman"

KOMPAS
Jumat, 23 Apr 1999 

MASSA TETAP BAKAR PERMUKIMAN
Singkawang, Kompas
 

Seorang tewas dan empat lainnya luka-luka tertembak, saat aparat keamanan menghalau massa yang hendak menyerang dan membakar permukiman warga Madura di pinggiran dan di dalam Kota Singkawang (Kalbar), Kamis (22/4). Beberapa jam sebelumnya, ratusan orang juga mencoba masuk Kota Singkawang yang dibarikade dan dijaga sekitar 1.300 personel aparat keamanan. Aparat yang sudah siaga, berhasil menghalau massa dengan melepaskan tembakan peringatan ke atas. Massa pun lari kocar-kacir. Namun sekitar pukul 10.00 pagi, massa bersenjata api rakitan dan senjata tajam kembali mencoba menembus hadangan petugas keamanan yang berjaga di Desa Sungai Wie, Kecamatan Roban, Kotif Singkawang. Dalam insiden kali ini, petugas melepaskan tembakan ke arah massa penyerang.

Kapolda Kalbar Kolonel (Pol) Chaerul Rasjidi menegaskan kembali pihaknya akan menindak tegas perusuh. “Apa pun kami pertaruhkan demi persatuan dan kesatuan bangsa,” tandasnya. Satgas Penerangan Kerusuhan Sambas Mayor (Pol) Huzaini Nazirin mengatakan, satu orang yang tewas ditembak aparat diketahui identitasnya bernama Japridin (43), warga Desa Sentebang, Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas. Empat orang lainnya luka-luka dan ditahan di Markas Kepolisian Resor Sambas di Singkawang, yaitu Japari (42), Herman (42), Haleng (23) dan Darmono (20). 

Disita 

Dalam insiden Kamis pagi itu, aparat menyita dua pucuk senjata api rakitan (jenis lantak dan bomen), 58 anak panah, 13 butir peluru standar ABRI dan satu katapel. Sedangkan dalam insiden “serangan fajar”, aparat menahan lima orang tersangka yang kedapatan membawa senjata api rakitan dan senjata tajam, serta menyita tiga bom molotov, enam senjata api rakitan, empat butir dan dua kelongsong peluru standar ABRI, sembilan butir peluru senjata api rakitan, dua tombak, dua katapel, 15 anak panah dari kayu, 35 anak panah dari potongan besi, serta jip CJ-7 yang di dalamnya ditemukan lima senjata api.

Di daerah Sekiplama, sekelompok ibu-ibu melancarkan unjuk rasa, meminta pasukan antihuru hara (PHH) tidak ditugaskan di Sambas. Di Gg Patora, Sekiplama, Roban, masih bermukim sekitar 100 KK warga Madura, dan kawasan itu dijaga ketat oleh aparat.

Pertikaian

Forum Komunikasi Pemuda Melayu (FKPM) Kabupaten Sambas maupun Dewan Adat Dayak setempat sebetulnya sudah menyatakan kepada Bupati Sambas Tarya Aryanto untuk menghentikan pertikaian. Organisasi itu sudah minta kepada segenap anggotanya berhenti bertikai. Massa yang mencoba masuk Kota Singkawang ini diperkirakan kelompok sempalan yang tidak terorganisir.

Menurut sejumlah warga Kota Singkawang, beberapa malam terakhir ini sering terdengar letusan senjata api. Sementara itu di kota kecamatan Pemangkat Rabu lalu, seorangwarga Madura, Nasuki bin Siwah (42) yang baru pulang mencairkan tabungannya senilai Rp 500.000 dari BRI Pemangkat, babak-belur dihajar massa. Nasuki yang dalam KTP-nya beralamat di Desa Harapan,Pemangkat itu dicegat massa begitu keluar dari kantor bank. Ia dibawa ke daerah Banjarkuala dan dihajar massa. Untung petugas Polsek Pemangkat cepat menyelamatkannya. Nasuki dibawa ke rumah sakit tentara di Singkawang. Sebelumnya, Marhan, warga Madura yang hendak menjemput istrinya di Desa Perapakan Besi, Pemangkat, dibunuh. (ksp)

Passan Pala' Kesah

Awalnya blog ini dibuat hanya iseng untuk mendokumentasikan dan mengumpulkkan khazanah tanah kelahiran yang hampir terlupakan generasi muda. Berawal dari postingan permainan rakyat dan kamus mini bahasa Melayu Sambas, admin terus memperbaiki SEO dan postingan dan berupaya memenuhi apa yang diinginkan pembaca blog ini. Setelah di analisa, ternyata kebanyakan pengunjung blog ini mencari tentang sejarah kelam Sambas 1999.

Inginya blog ini difokuskan untuk sejarah, budaya dan segala sesuatu yang terkait dengan tanah kelahiran, namun pada perjalanannya admin banyak menemukan artikel menarik dan sengaja direpost disini untuk arsip pribadi. Sungguh sangat tidak disangka ternyata banyak juga pembaca punya ketertarikan yang sama dengan fenomena akhir zaman yang semakin nyata. Untuk saat ini admin akan fokus pada artikel tentang Dajjal dan Imam Mahdi yang dipastikan sebentar lagi akan tiba. Apabila pembaca menemukan artikel yang menarik haraplah berikan hujatan, celaan atau komentarnya...^_^

Jika ada yang tertarik untuk menjadi penulis di blog ini, atau tukar link sesama blogger, jangan sungkan-sungkan untuk menghubungi admin

Hariyono Al Kifri