Klaim Baru Mengusik Sejarah Akar Bahasa Melayu Nusantara Dari Sambas Kalbar
http://www.jawapos.com
Kamis, 31 Desember 2009
Anggapan bahwa bahasa Melayu Nusantara yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia berasal dari Melayu Deli mendapatkan tandingan. Peneliti di Universitas Brunei Darussalam Prof Madya DR Haji Jalaludin menyatakan bahwa bahasa Melayu Nusantara berakar pada Melayu Sambas, Kalimantan.
—
PERNYATAAN mengejutkan yang bisa jadi akan menimbulkan polemik tersebut disampaikan Jalaludin saat menghadiri silaturahmi mahasiswa program bahasa Melayu dan Linguistik Universitas Brunei Darussalam di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura, Pontianak, Selasa lalu (29/12). Dia menyatakan sudah membukukan hasil penelitiannya tersebut.
Buku itu membahas asal-usul bahasa Melayu Indonesia yang disebutnya berakar pada bahasa yang digunakan masyarakat Sambas, Kalimantan Barat. “Buku ini merupakan hasil penelitian saya dari tahun 1996-2000,” ungkapnya.
Penelitian yang dijadikan bahan buku tersebut, menurut Jalaludin, difokuskan pada asal-usul bahasa Melayu di Kalbar, Kaltim, Kalsel, dan beberapa daerah lain di Indonesia. Termasuk di negeri tetangga, Malaysia dan Brunei Darussalam. Judul buku tersebut adalah Posisi Bahasa Melayu Hudai dalam Bahasa Melayu Purba.
Berdasar hasil penelitian itu disimpulkan, asal bahasa Melayu di Indonesia serta bahasa serumpun dari Malaysia dan Brunei adalah bahasa Melayu Sambas. “Saya ingin menepis anggapan yang selama ini terjadi bahwa bahasa Melayu Nusantara berasal dari bahasa Melayu Deli di Sumatera,” terangnya.
Jalaludin mengumpulkan beberapa kosakata bahasa Melayu di Sambas dari beberapa literatur. Kemudian, dia membandingkan dengan bahasa Melayu di beberapa daerah lain di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bahasa Melayu Sambas merupakan akar dari bahasa Melayu Nusantara dan bahasa Melayu serumpun. “Bahasa Melayu Sambas menyebar ke beberapa daerah lainnya di Indonesia, seperti Sumatera, Malaysia, dan Brunei Darussalam,” tambahnya.
Hasil penelitian itu, menurut Jalaludin, juga membantah hasil penelitian sarjana Belanda yang menyebut bahwa bahasa Melayu Nusantara berakar dari Indo-China. Dia menegaskan, hasil penelitian sarjana Belanda itu tidak berdasar. “Dari segi perubahan bunyi bahasa Melayu yang ada di Indonesia dan Bahasa Melayu serumpun jika dibandingkan dengan bahasa Indo-China, jelas bunyinya sangat jauh berbeda,” jelasnya.
Menurut dia, bahasa Melayu di Sambas, Kalbar, memiliki kesamaan dengan bahasa Melayu Nusantara. Kalaupun ada perubahan, itu terpola. ”Bahasa Melayu purba ada empat intonasi, a, i, u, dan e dan itu berada di Sambas. Kemudian, berkembang ke Brunei menjadi tiga. Berkembang ke Sumatera menjadi enam. Berkembang ke Malaysia menjadi tujuh dengan perubahan yang teratur. Maka, kita berani mengklaim bahwa akar bahasa Melayu di Indonesia, Malaysia, dan Brunei berasal dari Sambas,” tegas Jalaludin.
Dia juga mengungkapkan, hasil penelitiannya itu didukung para sarjana dari Barat. Meski ada juga klaim yang mengatakan bahwa bahasa Melayu tersebut berasal dari Sumatera. Hal itu disebabkan klaim tersebut hanya berdasar penemuan-penemuan situs purba, seperti makam, prasasti, dan beberapa benda lainnya.
Hal itu, lanjut Jalaludin, sangat bertolak belakang dengan proses penyebaran bahasa. Sebab, secara logika, untuk mewujudkan suatu tulisan di batu nisan, yang berwujud terlebih dahulu adalah bahasanya, kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.
”Saya beranggapan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang diwarisi dari zaman ke zaman yang menyebar melalui proses perpindahan. Jika diteliti dari segi historis, kesultanan yang ada di Sambas memiliki satu keturunan dengan kesultanan di Brunei. Demikian halnya kesultanan di Ketapang,” jelas Jalaludin.
Selaku putra daerah asli Sambas merasa sangat bangga akan hal ini. Namun secara ilmiah kita harus membuktikan kebenarannya dengan jujur. Ada beberapa fakta menarik yang saya temukan dalam mengamati bahasa kebanggaan orang sambas ini.
1) Hampir semua orang Sambas mengerti semua bahasa melayu di seluruh nusantara (bahasa melayu serumpun) baik itu logat Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu Banjar, Melayu Betawi, Melayu Belitong, Melayu Pontianak, Melayu Malaysia, Melayu Brunei dan melayu lainnya.
Tidak heran jika orang sambas merantau ke daerah lain yang walaupun ia tidak pernah sekalipun mendengar bahasa melayu yang baru didengarnya itu ia tidak akan menemukan kesulitan berarti dalam memahami bahasa baru tersebut. Lain halnya jika kondisinya di balik. Orang Malaysia / Pontianak misalnya, mereka pasti kesulitan memahami bahasa sambas jika sekali-kali berkunjung ke sambas atau mendengar bahasa sambas lokal.
1) Hampir semua orang Sambas mengerti semua bahasa melayu di seluruh nusantara (bahasa melayu serumpun) baik itu logat Melayu Riau, Melayu Jambi, Melayu Banjar, Melayu Betawi, Melayu Belitong, Melayu Pontianak, Melayu Malaysia, Melayu Brunei dan melayu lainnya.
Tidak heran jika orang sambas merantau ke daerah lain yang walaupun ia tidak pernah sekalipun mendengar bahasa melayu yang baru didengarnya itu ia tidak akan menemukan kesulitan berarti dalam memahami bahasa baru tersebut. Lain halnya jika kondisinya di balik. Orang Malaysia / Pontianak misalnya, mereka pasti kesulitan memahami bahasa sambas jika sekali-kali berkunjung ke sambas atau mendengar bahasa sambas lokal.
2) Bahasa sambas sangat kaya akan kosa kata bahkan jauh lebih kaya dari bahasa Indonesia,
Satu kosa kata dalam bahasa indonesia jika dikonversi dapat menjadi beberapa kosa kata dari bahasa paling halus (sopan) hingga bahasa yang kasar.
Satu kosa kata dalam bahasa indonesia jika dikonversi dapat menjadi beberapa kosa kata dari bahasa paling halus (sopan) hingga bahasa yang kasar.
Contoh : Kata "BAU" dalam bahasa sambas dapat berupa :
Ranggang = Bau air kencing yang masih basah
Passing = Bau air kencing yang kering
Ampis = Bau ikan (amis)
Lassing = Bau busuk
Lassot = Bau kentut yang sangat busuk
Banggam = Bau barang yang lama tersimpang
Bangar = Bau air yang lama tergenang
Bau Ari = Bau keringat yang mengering
Bau Bunto' = Bau bangkai
Bau Ampang = Bau busuk
Bau Banggit = Bau setan (bau dedemit)
Bau Tanggi = Bau busuk minyak jelantah / minyak makan / minyak goreng
Bau Nage = Bau busuk seperti naga (raksasa)
Ranggang = Bau air kencing yang masih basah
Passing = Bau air kencing yang kering
Ampis = Bau ikan (amis)
Lassing = Bau busuk
Lassot = Bau kentut yang sangat busuk
Banggam = Bau barang yang lama tersimpang
Bangar = Bau air yang lama tergenang
Bau Ari = Bau keringat yang mengering
Bau Bunto' = Bau bangkai
Bau Ampang = Bau busuk
Bau Banggit = Bau setan (bau dedemit)
Bau Tanggi = Bau busuk minyak jelantah / minyak makan / minyak goreng
Bau Nage = Bau busuk seperti naga (raksasa)
3) Bahasa sambas syarat akan makna.
Misalnya untuk menunjukkan tingkat kelalian :
Lappa' ayam (telapak kaki ayam) = menunjukkan orang yang berjalan tidak memakai alas kaki baik itu sepatu maupun sendal
Ajal = umur / usia
Ajal = main
Ajalan = mainan
Beajal = bermain
Singajalan = bergantian bermainnya disaat yang bersamaan
Pengajal = Agak usil / semua barang mau dimainkan
Jajjal = kelewatan usil = degil = suka mengganggu
Dajjal = perusak / super penganggu
4) Banyak bahasa sambas sehari-hari yang tidak memiliki sinonim yang pas dengan bahasa Indonesia bahkan tidak ada padanan katanya.
Contoh
Larat = yang berarti salah hitung ; error mathematic ; hitungan pertama berbeda hasilnya dengan hitungan ulang untuk yang kedua kalinya. (dalam bahasa indonesia yg paling mendekati hanyalah RALAT)
Melakkap = seperti anak yang tak mau lepas dalam memeluk ibunya yang hendak meninggalkannya pergi ; seperti orang takut ketinggian yang memanjat pohon. (dalam bahasa indonesia yg paling mendekati hanyalah LENGKET)
Singgong = Memukul dengan siku tangan
Singkol = Ada seseorang yang menghalanginya untuk melakukan sesuatu yang dikhawatirkan akan mencelakai orang yang menghalangi tersebut ; Serba salah karena melakukan sesuatu yang harus dikerjakan dalam ruang yang sangat sempit ;
Camma' = ekpresi yang salah tingkah seperti penjahat yang tertangkap basah
dan masih banyak lagi..................