“Akan datang
kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang.
Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah
itu, akan datang masa Kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak
Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak
menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja
yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah
menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa
raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu
Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa
Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian).
Setelah itu, Beliau diam”. [HR. Imam Ahmad]
Prinsip
pergantian zaman ini juga selaras dengan prediksi Rasulullah shalla-llahu
‘alaihi wa sallam dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam besar
dalam bidang hadits Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi dari Abu Hudzaifah,
intelijennya Nabi shalla-llahu ‘alaihi wa sallam (shahibus sirr) pada 14 abad
yang silam.
1. Fase
kenabian
2. Fase
kekhilafahan ala Minhaaj al-Nubuwwah “khulafaur rasyidin”
3. Fase
raja menggigit
4. Fase
raja diktator (Mulkan jabbriyyan)
5. Akan
datangan kembali fase kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang
berjalan di atas kenabian)
Inilah periode awal perjalanan
sejarah ummat Islam. Saat itu ummat Islam dipimpin langsung oleh manusia
paripurna (insan kamil), pemimpin orang-orang yang bertaqwa (imamul muttaqin),
panglima para mujahid (qa-idul mujahidin), yaitu Muhammad shalla-llahu ‘alaihi
wa sallam. Mereka langsung dipandu oleh figur teladan (uswatun hasanah) sejak
masa kesulitan, kegoncangan (fatrah al-idhthirab) di Mekah sampai jaya di
Madinah. Sejak sebelum berfikir tentang perang sampai berkali-kali terjun di
medan laga. Sejak sebelum berfikir tentang format kepemimpinan sampai menjadi
pemimpin yang disegani di Jazirah Arab. Manusia penunggang onta yang tertata
ulang persepsi (tashawwur) dan mata hati (bashirah) mereka tentang Tuhan, alam
sekitar dan diri mereka sendiri, terbukti dalam sejarah memiliki kapasitas dan
kapabilitas menjadi penghulu dunia (ustad ziyatul ‘alam). Beralalulah masa
keemasan itu (‘ashrudz dzahab) selama 23 tahun. Ketika Allah menghendaki, Ia
mencabut masa kejayaan itu.
Inilah fase kedua perjalanan
sejarah ummat Islam. Para ulama dan ahli sejarah sepakat bahwa periode ini
adalah pada masa khulafaur rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Ada yang
berpendapat sampai ke kurun khalifah kelima, Umar bin Abdul Aziz. Masa ini fase
khalifah yang lurus, jujur dan adil. Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam
melegitimasi masa kedua ini masih dalam koridor minhajin nubuwah (metode
kenabian). Artinya periode pertama dan kedua ini adalah masa teladan dan
rujukan (referensi) ummat Islam.
Fase kehidupan ummat Islam yang
ketiga ini dikuasai oleh raja yang menggigit. Ia datang silih berganti dengan
sebutan yang berbeda-beda. Yang paling awal adalah Dinasti Umaiyah, kedua
Dinasti Abasiyah dan ketiga Dinasti turki Utsmaniyah yang berakhir pada tahun
1924. Sekitar 13 abad ummat Islam di bawah kekuasaan raja-raja yang menggigit
ini (mulkan ‘adhdhan).
Pada masa ini para khalifah
disebut raja, karena secara formal menjabat khalifah tetapi pada dataran
operasional pola pemerintahannya menerapkan sistem kerajaan. Kepemimpinan bukan
dilahirkan oleh syura tetapi diwariskan kepada keluarga dekat kerajaan, anak
keturunannya.
Disebut “raja yang menggigit” karena masih
menggigit Kitabullah dan Sunnah Rasul, tetapi hampir-hampir lepas. Dan pada
akhirnya lepas juga pada tahun 1924 dengan munculnya Dewan Nasional Turki oleh
Mustafa Kamal Attaturk (Bapak Bangsa Turki). Namun, para ulama’ yang istiqamah
menggelarinya dengan Mustafa Kamal A’da’ut Turk (Musuh Bangsa Turki). Inilah
masa keruntuhan dan keterpurukan ummat Islam. Dunia Islam laksana kebun yang
penuh tanaman subur dan bunga-bunga yang indah, tetapi tanpa pagar pelindung
dan penjaga kebun yang bertanggung jawab.
Kondisi ini sebagaimana yang diisyaratkan
Rasulullah shalla-llahu ‘alaihi wa sallam, “Kamu sekalian akan dijarah
beramai-ramai oleh ummat-ummat manusia seperti halnya santapan yang dikerumuni
orang-orang lapar. Karena kamu semuanya ibarat buih, jumlahnya banyak tetapi
tidak berkualitas”.
Sebelum tahun 1924, sekalipun kendali kekuasaan
dipegang oleh “raja yang menggigit”, tetapi ummat Islam masih memiliki payung
dan pusat komando (al-imamah al-‘uzhma) di Turki. Dalam dokumen sejarah
dicatat, para penguasa negeri-negeri muslim di seluruh dunia selalu mengadakan
korespondensi dengan pusat kekuasaan di Turki. Pada akhir abad ke-20, panglima
Fatahilah sepulangnya dari menunaikan ibadah haji, beliau singgah untuk belajar
di Akademi Militer di Turki. Sekembalinya ke Nusantara beliau bisa memukul
mundur pasukan penjajah Portugis.
Raja yg mengigit adalah para
penguasa Islam atau raja-raja penerus Khulafaur Rasyidin yang dengan begitu
gemilangnya menjaga sekaligus mengembangkan nilai-nilai yang dibawa agama
Islam. Masa ini ditandai dengan adanya hanya satu pemerintahan (kalau jaman
sekarang adalah negara) dimana seluruh umat Islam sedunia tunduk dan patuh pada
satu kerajaan ini.
Hebat bukan? Tidak seperti sekarang dimana umat
Islam sudah terkotak-kotak kedalam sebutan negara-negara. Negara Indonesia,
negara Saudi Arabia, negara Malaysia, negara Mesir, dsb. Masa Raja-Raja yang
Menggigit ini terjadi dalam tiga masa, yaitu dimulai dari kepemimpinan kerajaan
Bani Umayyah, Bani Abbasiyyah, dan yang terakhir adalah kepemimpinan Bani
Ustmani di Turki yang boleh dibilang baru berakhir kemarin saja, yaitu 1924 M.
Pada masa ketiga perjalanan umat Islam ini terjadi
dengan sangat panjang, yaitu sekitar 13 abad! Bayangkan, Islam bersinar dengan
penuh keemasan selama 1300 tahun! Sebut saja bidang kedokteran, astronomi,
bangunan beserta jembatan, ilmu matematika sudah dikembangkan oleh para
ilmuwan-ilmuwan muslim. Kalau toh dewasa ini semua ilmu-ilmu tersebut
sepertinya ilmuwan muslim tidak punya andil, itu tidak terlepas dari kelamnya
sejarah Perang Salib dimana para salibis berusaha menghilangkan bukti kejayaan
umat Islam dahulu.
4. FASE DIKTATOR (Mulkan Jabbriyyan) – (kita sekarang berada di penghujung fase ini)
Masa keempat perjalanan sejarah
ummat Islam ini mengalami krisis kepemimpinan. Ummat Islam dari segi kuantitas
tergolong besar, tetapi mereka laksana sampah, makna lain dari gutsaa’ (buih),
menurut pakar hadits Dr. Daud Rasyid. Mereka bukan berkumpul tetapi berkerumun.
Mereka mayoritas, tetapi hati-hati individu mereka tercabik-cabik oleh paham
kedaerahan (nasionalisme) yang sempit, madzhab, aliran keagamaan dan
kepentingan. Kehadirannya tidak menggenapkan dan kepergian-nya tidak
mengganjilkan. Mereka diperebutkan untuk dijadikan mangsa binatang buas.
Pada periode ini, jangankan sepakat untuk
mengangkat isu-isu besar penegakan Daulah Islamiyah, penentuan awal Ramadhan
dan Idul Fithri saja tidak menemukan kata sepakat. Di tengah-tengah mereka
tidak ada wasit (penengah) yang dipercaya untuk mengambil keputusan yang
disepakati oleh semua komponen umat ini. Tubuh ummat Islam tercabik-cabik oleh
perpecahan internal. Energi mereka habis untuk ghibah, namimah, hasud, dendam,
terhadap kawannya sendiri. Sehingga terlambat dalam merespon
perubahan-perubahan yang terjadi di sekelilingnya (dhu’ful istijabah lil
mutaghayyirat).
Setelah tahun 1924, dunia
memasuki perang dunia I, II dan Perang Dingin antara Blok Timur versus Blok
Barat (syarqiyyah wa gharbiyyah). Tetapi, rentetan peristiwa diatas hanyalah
muqaddimah tampilnya mulkan jabariyyan (raja diktator) berskala global. Setelah
tahun 1990, tidak ada lagi dua kubu di pentas kehidupan global. Yaitu pasca
runtuhnya Tembok Berlin di Jerman. Hegemoni raja diktator internasional mulai
menampakkan eksistensinya, bermarkas di Gedung Putih (al-bait al-abyadh), dan
didukung oleh kroni-kroninya yang tergabung dalam negara G7 : Inggris,
Perancis, Jerman, Jepang, Italia, Kanada dan Rusia.
Tidak ada pemimpin yang mangkat
(baca: naik ke tampuk kekuasaan) di belahan dunia ini selain dalam hegemoni
raja diktator dunia, kecuali yang dirahmati oleh Allah. Mereka yang
bersebarangan dengan kemauan penguasa diktator dunia akan berjalan
tertatih-tatih. Mereka memiliki tangan-tangan dan kaki-kaki di semua kepingan
bumi ini. Bahkan belakangan ini ada upaya sistematis untuk memecah keutuhan
bangsa, dengan fenomena Papua dan Aceh. Pihak-pihak yang masih getol
mempertahankan keutuhan NKRI disingkirkan oleh orang nomer satu di negeri ini
dari panggung kekuasaan. Prinsip pergantian zaman ini penting diketahui agar
kita menyadari di fase mana kita ini sedang berada. Ternyata kita
berada pada titik nadir kelemahan ummat ini. Kita tidak terlalu berharap kemana
pun dan kepada siapa pun. Siapa pun yang tampil memegang tampuk kepemimpinan di dunia pasti mendapat SIM (Surat Izin
Mangkat) dari hegemoni malikun jabbar. Marilah kita bangun, bangkit,
memperbaharui komitmen kita karena kita mengalami masa yang tidak sederhana.
Kita bergerak pada kurun yang tidak mudah.
Saatnya kita bangun untuk menyongsong masa terakhir
dari perjalanan sejarah ummat Islam yaitu masa khilafah ‘ala manhajin nubuwwah.
Karena kita yakin bahwa kepemimpinan raja diktator ada masa akhirnya dan waktunya semakin dekat. Kebatilan, sekalipun dipagari
oleh kekuasaan yang kokoh akan segera hilang. Rasulullah mengisyaratkan dalam suatu hadits : “Sesungguhnya Allah akan
mengutus untuk umat ini setiap masa seratus tahun, orang yang akan
memperbaharui agamanya” . Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Hakim, dan lainnya).
Dan dalam lafadz yang lain :"setiap seratus tahun akan muncul lelaki dari
Ahlul Baitku", disebutkan oleh Imam Ahmad.
INGAT : Sudah hampir 100 tahun yang
lalu kekhalifahan Bani Ustmani di Turki berakhir. Apakah Imam Mahdi akan segera tiba,
semoga.....
Jika dirunut dari sejarah singkat kekhalifahan islam dan hadist di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
* khilafah turki usmani berakhir tahun 1924 Masehi = 1342 Hijriah
* setiap 100 tahun akan ada pembaharu islam => 1342 H + 100 = 1442 H
* 1442 H jika disesuaikan dengan kalender masehi adalah tahun
2020
Usia Imam Mahdi adalah seusia ketika Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam pertama kali berperang. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam pertama kali berperang di Perang Badar di usia 55 tahun.
Ya, sudah ada, tapi oleh Allah belum dimunculkan. Sekarang kita
tidak tahu
Imam Mahdi itu siapa. Dan hal itu bukan hal aneh, kerana memang ia
akan muncul mendadak
Kapan Imam Mahdi dan Dajjal akan keluar ?
1. Berdasarkan tafsir hadist 40 hari dajjal berkuasa di dunia (Riyadhus Sholihin
Bab 370 No. 1805)
disini
2.
Berdasarkan
umur umat islam dan umat-umat terdahulu.
Klik disini
3.
Berdasarkan
metode al jumal al taqlidi dan al jumlah al shaqir
: rujukan surat Al Isra ayat 1-7 dan 104 yang jumlahnya 1.383 kata oleh
Jaber Bolushi. Klik disini
Persoalan yang esensial bagi
kita bukan terletak pada kapan terjadinya khilafah atas metode kenabian itu.
Sebab, masa itu akan terjadi pada masa kita atau kemungkinan pada zaman
keturunan kita. Hadits ini adalah prediksi nubuwwah, bukan ramalan ahli nujum
dan para normal. Kita tidak bangkit pun prediksi Nabi itu pun akan terjadi.
Kita sekarang perlu mempersiapkan diri sebagai elemen perubah dan pencabut sang
diktator dunia. Dengan cara konsisten; istiqamah, mudawamah wal istimrar
(berkesinambungan) melaksanakan tahapan amal Islami (maratibul ‘amal Islami)
merujuk tahapan turunnya wahyu Al Quran.
Yaitu, memperbaiki akidah (ishlahul ‘aqidah),
melaksanaan syariat (tathbiqusy syari’ah), memperbaiki akhlak (ishlahul
akhlaq), melaksanakan dakwah dan harakah (‘amalu ad-da’wah wal harakah) serta
memperbaiki kualitas jama’ah (binaul jama’ah).
Pada akhirnya kita perlu bangkit untuk mewujudkan
agenda-agenda penting dakwah diatas. Agar kita aman dan lulus dari Mahkamah Ilahi
kelak. Kita berupaya menyadarkan sebanyak mungkin manusia agar menjadi batu
bata dakwah (asy-sya’bu qawaa-idud da’wah). Sekalipun kita tidak sadar, tidak
bangun, tidak bergerak, fenomena kebangkitan ummat Islam itu pasti terwujud,
dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala.
sumber : http://www.kabarmuslimah.com