Permasalhan bidah memang sering kita dengar ditengah masyarakat kita.
Karena ada sebagian kelompok yang rajin melakukan penilaian terhadap
tradisi-tradisi beragama yang dilakukan di tengah masyarakat kita.
Sering kali penilaian tersebut berakhir dengankesimpulan bahwa hal
tersebut bid’ah.
Disisi lain kelompok yang merasa melakukan tradisi-tradisi tersebut
merasa terganggu dengan penilaian bid’ah yang dilontarkan. Akhirnya
kelompok yang membid’ahkan dan yang dibid’ahkan menjadi berseteru yang
terkadang diakhiri dengan saling tidak menegur sapa.
Untuk memahami masalah bid’ah dengan baik dan syamil, mari kita lihat hadis-hadis dibawah ini.
Hadis pertama: Seseorang tiba di mesjid kemudian ia masuk kedalam
shaf shalat. Ia tergopoh-gopoh karena mengejar shalat. Kemudian ia
berkata:”Alhamdulillah hamdan kathiron thayyiban mubaarokan
fiihi.”Ketika sholat selesai Rasulullah bertanya:”siapa yang mengucapkan
kata-kata tadi?” Sahabat idak ada yang menjawab. Kemudian Rasulullah
saw mengulangi pertanyaanya: ”Siapa yang mengucapkan kata-kata tadi, Ia
tidak mengucapkan sesuatu yang jelek. ” Seseorang menjawab: ”Saya tiba
di masjid dan khawatir tertinggal shalat, maka saya mengucapkannya. ”
Rasulullah berkata: ”Saya melihat dua belas malaikat berlomba siapa di
antara mereka yang mengangkatnya.” (HR Muslim No. 600 )
Hadis Kedua: Ibnu Umar berkata: ketika kami sedang shalat bersama
Rasulullah saw tiba-tiba ada seseorang yang mengucapkan: ” Allahu-akbar
kabiroo, walhamdu-lillahi katsiroo, wa subhanallahi bukrotaw-waashilaa.”
Kemudian Rasulullah saw bertanya: ”kalimat zikir tadi, Siapa yang
mengucapkannya ?” salah seorang menjawab; “Saya wahai Rasulullah.”
Rasulullah berkata: ”Aku mengaguminya, dibukakan pintu langit bagi
kalimat tersebut!”(HR Muslim no.601)
Hadis Ketiga: Seseorang dari kaum Anshar menjadi imam di masjid Quba.
Ia selalu membaca surat al Ikhlas sebelum membaca surat lain setelah
al-Fatihah. Ia melakukannya setiap rakaat. Jamaah masjid menegurnya:
”Kenapa anda selalu memulainya denga al-Ikhlas, bukankah surat al-Ikhlas
cukup dan tidak perlu membaca surat lain, atau engkau memilih cukup
membaca al-Ikhlas atau tidak perlu membacanya dan cukup surat lain. Ia
menjawab: Saya tidak akan meninggalkan surat al-Ikhlas, kalau kalian
setuju saya mengimami dengan membaca al-Ikhlas maka saya akan mengimami
kalian, tapi kalau kalian tidak setuju maka saya tidak akan jadi imam.
Mereka tahu bahwa orang ini yang paling baik dan tidak ingin kalau yang
lain mengimami shalat. Ketika Rasulullah datang mengunjungi, mereka
menyampaikan hal ini kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw bertanya pada
orang tersebut; ”Apa yang membuatmu menolak saran teman-temanmu? Dan
Apa yang membuatmu selalu membaca surat al-Ikhlas setiap rakaat?” Ia
menjawab: ”Saya mencintainya (al-Ikhlas). Rasulullah berkata:
”Kecintaanmu terhada surat al-ikhlas memasukanmu kedalam syurga!” (HR
Bukhori no.741)
Dari hadis-hadis diatas, kita mendapatkan bahwa para sahabat
melakukan inovasi dalam beribadah. Rasulullah tidak pernah mengajarkan
hal-hal tersebut. Dalam hadis pertama seorang sahabat menambah bacaan
zikir dalam sholat. Hadis kedua seorang Sahabat membuat zikir, hadis
ketiga seorang sahabat membuat hal yang tidak dilakukan Rasulullah saw.
Ulama berbeda pendapat dalam memahami hadis-hadis diatas. Sebagian
berpendapat bahwa yang menjadi dalil dibolehkan hal-hal tersebut adalah
taqriir (persetujuan) Rasulullah saw. Sebagian yang lain berpendapat
bahwa yang menjadi dalil dibolehkannya hal-hal yang tidak dilakukan dan
tidak diajarkan Rasulullah saw adalah karena hal-hal baru tersebut baik
(amal khoir). Pendapat pertama melihat dari sisi taqriir-nya, sedangkan
yang ke dua melihat dari sisi sebab taqriir.
Bagi pendapat pertama segala hal yang baru dalam ibadah dan dibuat
setelah Rasulullah saw meninggal, maka hal tersebut bidah. Sedangkan
pendapat kedua memandang tidak semua yang baru bid’ah. Apakah hal baru
tersebut baik dan sesuai dengan syariat? Atau tidak? Kalau baik dan
sesuai maka bidah hasanah, kalau tidak sesuai dan tidak baik maka bidah
sayyiah (jelek).
Memahami Hadis Tentang seluruh bid’ah Sesat
Terdapat hadis yang secara dhohir teksnya menyatakan bahwa seluruh
bidah sesat. Imam Muslim meriwayatkan: (Sesungguhnya sebaik-baiknya
ucapan adalah kitaabullah, dan sebaik-baiknya jalan (cara) adalah
jalannya Rasulullah, sejelek-jeleknya perkara adalah hal-hal yang baru,
setiap bid’ah sesat) (HR Muslim no.867)
Memahami teks hadis ini harus di cross-silangkan denga hadits-hadits
lain yang berbicara tentang masalah yang sama. sehingga pemahaman yang
dihasilkan menjadi sempurna. Oleh karena itu Imam Nawawi dalam kitab
syarah Nawawi lishahiih muslim berkata bahwa umum dalam hadis diatas
termasuk ‘aam makshuus, umum yang terdapat pengecualian, yang dimaksud
adalah sebagian besar bidah sesat, bukan semuanya. (jilid: 6 hal154).
di halaman lain Imam nawawi mengatakan bahwa yang dimaksud adalah bid’ah
yang tercela (madzmuum) (jilid:7 hal:104)
Demikian pula dalam memahami hadis-hadis lain tentang bidah. Kita
harus memahaminya dengan melakuakan cros silang dengan hadis yang
semakna dan dalam satu masalah yang sama. Dalam Usul fikih dikenal
dengan istilah qorinatul-hadis . Satu hadis dengan yang lainnya bisa
menjadi qorinah yang saling mempengaruhi makna hadis-hadis tersebut.
Karena sumber hadis-hadis ini satu dan tidak mungkin saling
bertentangan.
Membangun Sikap Toleran dalam masalah bidah
Secara umum Bid’ah adalah hal-hal yang baru dalam beragama. Ulama
tidak sepakat dalam definisi bid’ah. Merekapun berselisih dalam hal
apakah ada bidah hasanah atau tidak ada. Imam nawawi sepakat dengan Imam
syafi’I dan al-Iz bin Abdissalaam bahwa disana ada bidah hasanah.
Sedangkan Imam syatibi berpendapat bahwa bid’ah hanya satu yaitu bid’ah
sayyiah (jelek)
Mensikapi perselisihan semacam ini harus mengedepankan persatuan.
Masalah bi’ah adalah masalah ijtihadiyah. Ada dalam ranah
dhonniy-dilalah, masih memungkinkan lebih dari satu makna. Sikap
toleransi harus kita bangun dalam hal-hal yang diperselisihkan apakah
bidah atau tidak. Atau apakah bidah hasanah atau Sayyiah? Agar umat ini
tidak jalan ditempat dan tertinggal jauh dari umat lainnya.
http://www.sabili.co.id/agama/memahami-bid-ah-dan-membangun-toleransi-antar-pendapat