Postingan ini murni kutipan dari sufismenews.blogspot.com. Ilmu nya sangat menarik dalam rangka taqarrub dengan Allah Swt. Semoga bermanfaat dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari... Amien.. |
Asmaul Husna |
1. Perbaikan Akhlak
"Maka barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh (memperbaiki akhlak) dan janganlah ia mempersekutukan apapun dalam beribadat kepada Tuhan (bersih dari segala kotoran hawa nafsu)" (S. Al-Kahfi: 110)
Al-Ghazali di dalam kitabnya Kimyaus-Saadah menyatakan"tujuan perbaikan akhlak ialah membersihkan qalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah hingga hati menjadi suci bersih bagaikan cermin yang dapat menerima Nur cahaya Tuhan".
2. Sabar
"Jadikanlah sabar dan Salat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu adalah tugas berat kecuali bagi orang yang khusyu". (S. Al-Baqarah: 45 - 46)
Orang - orang yang khusyu' itu ialah orang yang menyukai bahwa mereka itu akan bertemu dengan AlLah dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya" Menurut Al-Ghazali, 'Sabar' ialah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata - mata karena menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat"
a) Sabar disiplin / taat
b) Sabar Berkewajipan. Mengetahui sesuatu kewajipan tidak cukup untuk dapat dikerjakan tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa adanya kesabaran.
c) Sabar menurut hukum terbahagi:
a) Sabar disiplin / taat
- Sabar sebelum taat, ialah niat yang ikhlas, tujuan yang benar, merasa berkewajipan atas keyakinan agama dalam menerima peraturan berupa perintah atau larangan.
- Sabar melaksanakan taat, ialah melaksanakan kewajipan sampai selesai, berkala atau terus menerus dengan penuh tanggungjawab dan kesungguhan.
- Sabar setelah taat, ialah tidak merasa bangga dengan selesainya pekerjaannya, tidak iri hati atau kekurangan atau kelebihan orang lain, tidak ria' untuk dikagumi hasil usahanya.
b) Sabar Berkewajipan. Mengetahui sesuatu kewajipan tidak cukup untuk dapat dikerjakan tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya mengetahui sesuatu larangan belum tentu dapat meninggalkannya tanpa adanya kesabaran.
c) Sabar menurut hukum terbahagi:
- Sabar untuk menjauhkan diri dari segala yang haram,hukumnya 'wajib'.
- Sabar untuk menjauhkan diri dari segala pekerjaan makruh, hukumnya 'sunat'.
- Sabar dalam menjalankan hukuman kerana pelanggaran maka hukumnya 'harus'.
- Sabar membela kehormatan atau hak milik hukumnya 'haram'. Sifat sabar dalam keadaan ini dinamakan 'sabar Saja'ah' (sabar berani). Firman AlLah dalam Al-Quran.
"Bersabarlah kamu sekalian, sesungguhnya AlLah beserta mereka yang sabar". (S. Al-Anfaal: 46)
3. Syukur
Berterima kasih kepada AlLah atas segala nikmat pemberianNya. Erti Syukur, keadaan seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh AlLah itu hanya untuk membuat kebajikan.
Berterima kasih kepada AlLah atas segala nikmat pemberianNya. Erti Syukur, keadaan seseorang mempergunakan nikmat yang diberikan oleh AlLah itu hanya untuk membuat kebajikan.
4. Ridha bil Qadha
Ridha artinya rela menerima dengan apa yang ditentukan dan ditaqdirkan AlLah kepadanya. Rela berjuang atas jalan AlLah mencari semata - mata keridhaan AlLah (Ibtighaa MadhatilLah).
Ridha artinya rela menerima dengan apa yang ditentukan dan ditaqdirkan AlLah kepadanya. Rela berjuang atas jalan AlLah mencari semata - mata keridhaan AlLah (Ibtighaa MadhatilLah).
Kesimpulan
Sabar, Syukur dan Ridha adalah tiga sifat terpuji yang sangat bernilai tinggi, dapat membawa kepada ketinggian budi pekerti dan akhlak dan merupakan kekuatan yang dapat menolong untuk berkemauan keras, berjiwa besar dan bertanggungjawab.
Sabar, Syukur dan Ridha adalah tiga sifat terpuji yang sangat bernilai tinggi, dapat membawa kepada ketinggian budi pekerti dan akhlak dan merupakan kekuatan yang dapat menolong untuk berkemauan keras, berjiwa besar dan bertanggungjawab.
Pendidikan Tasauf pertama - tama dengan perbaikan akhlak, mencapai tingkat demi tingkat yang lebih tinggi, dari Muslim biasa kepada Mukminin kepada Muhsinin kepada Muttaqin kepada Mukarrabin kepada Arifin - mengenal dan merasai Tuhan yang sungguh - sungguh. Dengan sifat - sifat yang tersebut, mereka memasuki latihan - latihan jiwa dan mujahadah dengan Sistem berikut :
Takhalli - mensucikan / membersihkan diri dari segala dosa lahir dan dosa bathin.
Tahalli - mengisi diri dengan segala sifat yang terpuji.
Tajalli - memperoleh hakekat kenyataan Tuhan kerana suci bersihnya hati mereka mencintai AlLah.
Takhalli - mensucikan / membersihkan diri dari segala dosa lahir dan dosa bathin.
Tahalli - mengisi diri dengan segala sifat yang terpuji.
Tajalli - memperoleh hakekat kenyataan Tuhan kerana suci bersihnya hati mereka mencintai AlLah.
Latihan Rohani
dan Tingkat - Tingkat yang Harus Dilalui
1. Takhalli
a)
Membersihkan diri dari kotoran hati / sifat - sifat tercela.
"Sesungguhnya berbahagialah
orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh merugilah orang yang mengotori
jiwanya". (S. As-Sams: 9 - 10)
Sifat - sifat yang mengotori jiwa / hati
|
|
·
Hasad – irihati
·
Haqad - dengki / benci
·
Suuz-zan - sangka buruk
·
Kibir – sombong
·
Ujub - merasa sempurna diri dari orang lain
·
Riya - mempamerkan kelebihan diri
·
Suma' - cari nama atau kemasyuran
·
Bukhul - bakhil / kikir
|
·
Hubbul Mal - cinta kebendaan
·
Tafahur - membanggakan diri
·
Ghadab – pemarah
·
Ghibah – pengumpat
·
Namimah - bicara belakang orang
·
Kizib – dusta
·
Khianat - munafik
|
· Maksiat Lahir - segala perbuatan yang
dikerjakan oleh anggota badan manusia yang merusak orang atau diri
sendiri sehingga membawa pengorbanan benda - benda, fikiran dan perasaan.
· Maksiat Bathin - lebih berbahaya kerana tidak
kelihatan dan kurang disedari dan sukar dihilangkan.
|
|
b) Cara membersihkan jiwa / hati
Tersingkapnya
tabir / hijab yang membatasi diri dengan Tuhan ialah suci bersihnya diri /
jiwa dari kotoran - kotoran maksiat lahir dan maksiat bathin. Menurut Ahli
Tarekat ada 4 dinding / hijab yang membatasi diri dengan Tuhan dan ada 4 juga
jalan yang dapat membuka dinding / hijab itu.
i) Tingkat Pertama : Suci dari Najis dan Hadas
Bersih
dari najis maka wajib bersuci dengan air atau berinstinja dengan tanah. -
Suci dari hadas besar (keluar mani) maka wajib mandi. Suci diri dari hadas
kecil maka wajib berwudhu. * Seorang yang hendak menghubungkan diri dengan
Tuhan maka wajib bersih badannya, bersih pakaiannya, bersih tempatnya, bersih
lahir dan bathinnya.
ii) Tingkat Kedua
Suci Dari
Dosa Lahir : Ada 7 anggota badan yang membuat dosa lahir yang disebut
maksiat, yaitu :
|
|
·
Mulut - dusta / ghibah
·
Mata - melihat yang haram
·
Telinga - mendengar cerita bohong
·
Hidung - menimbulkan rasa benci
|
·
Tangan – merusak
·
Kaki - berjalan membuat maksiat
·
Perut dan Kemaluan - bersyahwat / berzina
(termasuk makan yang haram).
|
iii)
Tingkat Ketiga
Suci dari Dosa Batin : Ada 7 alat
pembuat dosa batin yang dinamakan 7 Latif ah (Petikan : Pengantar Ilmu
Tarekat oleh Abubakar Aceh)
·
Latifatul
Qalby - berhubungan jantung jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kiri. Di
sinilah letaknya sifat - sifat kemusyrikan, kekafiran dan ketahyulan dan
sifat - sifat iblis. Untuk mensucikannya zikir dengan membaca 5000 kali -
Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid
dan Makrifat.
· Latifatu
Roh - berhubungan Rabu jasmani. Letaknya dua jari di bawah susu kanan. Di
sinilah letaknya sifat Bahimiyah (binatang jinak) iaitu sifat menurut nafsu.
Untuk mensucikannya zikir dengan dipalu sekeras - kerasnya 1000 kali - Allah,
Allah.
· Latifatus-Sirri.
Letaknya dua jari di atas susu kiri. Di sinilah letaknya sifat 'Syabiyah'
(binatang buas) iaitu sifat zalim / aniaya, pemarah dan pendendam. Untuk
mensucikannya zikir dengan membaca 1000 kali - Allah, Allah. Pada tingkat ini
hati diisi dengan sifat kasih sayang dan ramah - tamah.
· Latifatul
Khafi - dikenderai Limpah jasmani. Letaknya dua jari di atas susu kanan. Di
sinilah letaknya sifat 'Syaitanuyah' yaitu hasad / dengki, munafik dan
khianat. Untuk mensucikannya berzikir 1000 kali membaca Allh, Allah dengan
dipalukan sekeras - kerasnya. Pada tingkat ini hati diisi sifat Syukur dan
Sabar.
· Latifatul
Akhfa - berhubungan empedu jasmani. Letaknya di tengah - tengah dada. Di
sinilah letaknya sifat ria, takbur / sombong, ujub / membanggakan diri dan
Sum'a / cari nama atau kemasyuran. Untuk mensucikannya zikir 1000 kali
membaca Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi sifat Ikhlas, Khusyu',
Tadarru Tafakkur.
· Latifatun-nafsun-Natiqa.
Letaknya di antara dua kening. Di sinilah letaknya 'nafsu ammarah' penghalang
besar untuk menciptakan perbaikan masyarakat. Untuk mensucikannya zikir 1000
kali membaca Allah, Allah. Pada tingkat ini hati diisi dengan sifat Tenteram
dan Pikiran Tenang.
· Latifah
kullu Jasad - kenderai seluruh tubuh jasmani. Dalam Latifah inilah terletak
sifat jahil dan ghaflah (kejahilan dan alpa). Untuk mensucikannya hendaklah
dizikirkan 1000 kali - Allah, Allah sehingga mengalir zikir disekujur badan
jasmani sehingga tiada tempat untuk sifat kebendaan / kejahilan dan kelalaian
/ Ghaflah. Pada tingkat ini hati diisi pula sifat Ilmu dan Amal.
|
|
iv) Tingkat Keempat
Suci Hati
Rabbaniyah Yang dimaksudkan Latifatul Qalby di sini bukan jantung jasmani
tetapi "Latifatur Rabbaniyah" adalah Roh yang suci yang paling
halus dan memerintah serta mengatur badan dan anggota badan jasmani. Dialah
hakekat diri yang sebenar diri. Induk kepada latifah - latifah lain. Sabda
RasululLah s.a.w.
Pada Latifah Rabbaniyahlah tempat jatuhnya
penilikan Allah kepada manusia. Menurut Kaum Sufi, bahawa kehidupan dan alam
penuh dengan rahsia - rahsia tersembunyi. Rahsia tertutup oleh dinding/hijab
tetapi bisa terbuka dan dapat tersingkap, dapat melihat atau merasai atau
berhubungan dengan terang ter-rahsia asal kita menempuh jalannya. Jalan
itulah dinamakan 'Tarekat'.
|
2. Tahalli
Mengisi diri dengan sifat - sifat terpuji /
menyinari hati.
a) Dasar Perbaikan
Akhlak. Kaum Sufi mengatur suatu ajaran untuk memperbaiki tata kehidupan dan
penghidupan manusia agar manusia itu menjadi 'manusia wara' yang ikhlas dalam
beribadat kepada Allah, ikhlas dalam pengabdian melayani masyarakat dan damai
/ berpartisipasi dalam kehidupan. Firman Allah Swt :
"Bahwa sesungguhnya AlLah memerintahkan untuk berlaku adil,
berbuat kebajikan, hidup berkeluarga. Dan melarang kekejian, kemungkaran dan
bermusuhan. Bahwa Tuhan mengajarkan kepada kamu sekalian (pokok - pokok
akhlak itu) agar kamu sekalian menjadi perhatian"
Ajaran itu menurut istilah sufi
dinamakan: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Sistem ajaran ini memerlukan
latihan - latihan dan perjuangan dengan tanjakan - tanjakan dari satu tingkat
ke tingkat lebih tinggi yakni dari mensuci bersihkan hati ke tingkat
menyinari hati sampai dekat diri kepada AlLah dalam keadaan Tajalli.
|
b) Sifat yang Mnyinari
Hati / Jiwa. Sifat yang menyinari hati / jiwa menurut Kaum Sufi dinamakan
sifat - sifat terpuji. Menurut Al-Ghazali di dalam kitabnya "Arbain fi
Usulid-Din" antara sifat - sifat terpuji itu ialah:
·
Taubat - menyesali diri dari perbuatan yang
tercela
·
Khauf / Taqwa - perasaan takut kepada Allah
·
Ikhlas - niat dan amal yang tulus atau suci
·
Syukur - rasa berterima kasih
·
Zuhud - hidup sederhana, apa adanya
·
Sabar - tahan diri dari segala kesukaran
·
Ridha - bersenang diri menerima keputusan Allah
·
Tawakkul - menggantungkan diri, nasib kepada Allah
·
Mahabbah - cinta kepada AlLah semata - mata
·
Zikrulmaut - selalu ingat mati Maka apabila
manusia telah menaungi dan mengisi hatinya dengan sifat - sifat terpuji itu
maka hati menjadi cerah dan terang dapat pula menerima cahaya dari sifat -
sifat tadi.
|
c) Mendekatkan Diri kepada
Allah. Untuk mendekatkan diri kepada AlLah perlu melalui apa yang lazim
dikerjakan oleh Kaum Sufi iaitu Kesempurnaan Agama Islam yang dapat dicapai
dalam 4 tingkat.
i)
Tingkat Pertama : Syariat
Artinya mengerjakan amal badaniyah
daripada segala hukum - hukum: shalat, puasa, zakat dan haji. Syariat adalah
peraturan - peraturan yang bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah. Tujuan
utama syariat ialah membangun kehidupan manusia atas dasar amar ma'ruf dan
nahi mungkar. Syariat membahagi ma'ruf kepada 3 kategori:
1. Fardhu atau wajib
2. Sunnat atau mustahab
3. Mubah atau harus
Selanjutnya syariat
membahagi munkarat atas 2 bahagi iaitu :
1. Haram
2. Makruh
Peraturan - peraturan yang diatur
oleh syariat itu adalah atas dasar Quran dan Sunnah yang merupakan sumber
hukum dalam Islam untuk keselamatan manusia. Menurut Ahli Sufi, bahawa
syariat itu baru merupakan tingkat pertama menuju jalan kepada Tuhan. Tarekatlah
yang merupakan perbuatan untuk melaksanakan syariat itu. Apabila 'Syariat'
dan 'Tarekat' dikuasai maka lahirlah 'Hakekat' yang tidak lain daripada
perbaikan keadaan dan ehwal, sedang tujuan terakhir adalah 'Makrifat' iaitu
mengenal Tuhan yang sebenar - benarnya, serta mencintainya sebaik - baiknya.
Syariat ialah pengenalan perintah dan Hakekat ialah pengenalan pemberi
perintah.
|
ii)
Tingkat Kedua : Tarekat
Dasar - dasar pokok
mengenai Tarekat antara lain:
·
Sebuah
Hadis Qudsi menyatakan : "Adalah Aku suatu perbendaharaan yang
tersembunyi, maka inginlah Aku supaya diketahui siapa Aku, maka kujadikanlah
makhluk: Maka dengan AlLah mereka mengenal Aku". Dasar "Wihdhatul
Wujud" yang menjadi faham Ahli Tarekat. Bahawa AlLah itu permulaan
kejadian, yang awalnya tiada permulaan. AlLah telah ada dan tiada yang lain
besertaNya. Dan kerana supaya zatnya dilihat pada sesuatu yang bukan zatnya,
sebab itulah dijadikan segenap kejadian (Al-Khaliq).
·
Firman
AlLah dalam Al-Quran
"Dan bahawa jika mereka tetap (istiqamah) menempuh jalan itu
"TAREKAT" sesungguhnya akan Kami beri rezeki / rahmat yang
berlimpah - limpah". (QS.Al-Jin: 16)
"Tarekat" adalah suatu sistem
(tariqah) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan
adanya Tuhan, dalam keadaan seseorang dapat melihat Tuhan dengan mata hatinya
(ainul basirah). Ini didasarkan atas pertanyaan Saidina Ali bin Abi Thalib
kepada RasululLah: "Manakah Tarekat yang sedekat - dekatnya mencapai
Tuhan? Yang dijawab RasululLah s.a.w. : "tidak lain daripada zikir
kepada AlLah". "Syariat" mewajibkan seseorang mengadap Kiblat
dalam Shalat, maka "Tarekat" tidak sampai di situ saja. Tarekat
berpegang kepada Firman AlLah: "Sembahlah Aku". Yang bermaksud
semua ibadah dilakukan kerana tujuan untuk ber-Taqwa (takut) kepada AlLah.
Tetapi bukan setakat pengertian "syariat" iaitu mengerjakan apa
yang diperintah dan menjauhkan apa yang dilarang. Tetapi menurut Ahli Tarekat
Taqwa adalah perpaduan dari 4 sifat:
1. (ta) – Taubat
2.(qaf) - Qinaah atau khusyu'
3. (wauw) – Wara
4. (alif) - Ikhlas beribadah mencari keridhaan AlLah
|
iii)
Tingkat Ketiga : Hakekat
Syariat merupakan peraturan, Tarekat
merupakan pelaksanaan maka hakekat adalah tujuan pokok yakni pengenalan Tuhan
yang sebenar - benarnya. Menurut Tarekat, hati wajib menghadap kepada AlLah
berdasarkan ayat Quran: "Fa'buduny - sembahlah Aku". Menurut kita
menyembah Tuhan seolah - olah Tuhan terlihat, berdasarkan Hadis: "Sembahlah Tuhanmu, seakan -
akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka sesungguhnya Tuhan
melihat kamu".
Menurut Makrifat, ialah mengenal
AlLah untuk siapa dipersembahkan segala amal ibadat itu. Yang dengan khusyu'
seseorang hamba merasa berhadapan dengan AlLah, ketika ini perasaan
bermusyahadah berintai - intaian dan bercakap - cakap dengan Tuhan seolah -
olah AlLah berkata: "Innany Ana AlLah - Aku inilah Tuhan yakni
AlLah" maka kehadiran "hati" berkata: "Anta AlLah -
Engkaulah AlLah". Lalu AlLah berkata lagi: "Iqimis-shalata lizikry
- bershalatlah untuk mengingat akan Aku". Demikian "hakekat",
ialah membuka kesempatan bagaimana salik mencapai maksudnya, iaitu mengenal
Tuhan, Ma'rifatulLah dan Musyahadah Nur yang Tajalli.
Al-Ghazali menerangkan : "Bahawa Tajalli itu ialah terbuka Nur
cahaya yang ghaib bagi hati seseorang dan sangat mungkin yang dimaksudkan
dengan Tajalli ialah Mutajalli yang tidak lain daripada itulah
AlLah".
iv)
Tingkat Keempat : Ma'rifat
Ma'rifat adalah tujuan pokok, yakni:
mengenal AlLah yang sebenar - benarnya. Taftazany dalam kitabnya
"Syarhul Maqsid" menerangkan: "Apabila seseorang mencapai
tujuan terakhir dalam pekerjaan suluknya - ilalladan fillah, pasti dia
tenggelam dalam lautan tauhid dan irfan sehingga zatnya selalu dalam
pengawasan zat Tuhan dan sifatnya selalu dalam pengawasan sifat Tuhan. Ketika
itu orang itu fana dan lenyap dalam keadaan "masiwallah" apa yang
bersifat bukan AlLah. Dia tidak melihat wujud alam ini melainkan Allah.
Al-Ghazali menerangkan: "bahawa hatilah yang dapat mencapai hakekat
sebagaimana yang tertulis pada Lauhin Mahfud, iaitu hati yang sudah bersih
dan murni. Alhasil, tempat untuk melihat dan Ma'rifat Allah adalah
"HATI".
|
3. Tajalli
Mencari Kenyataan Allah. Firman Allah dalam Al-Quran Surah An-Nur : 25
"Allah itu cahaya langit dan bumi"
Berlandaskan ayat ini Ahli Sufi yakin beroleh pancaran Nur Allah Tajallinya Allah. Demikian Allah Tajalli dengan af-al, asma' dan zatNya yang tidak tersembunyi, "mutajalli min zatihi la yakhhfa". Dalam menempuh jalan (tarekat) untuk memperoleh kenyataan Tuhan (Tajalli), Ahli Sufi berusaha melalui ridha dengan latihan - latihan dan mujahadah (perjuangan) dengan menempuh jalan, antara lain melalui dasar pendidikan 3 tingkat iaitu: Takhalli, Tahalli dan Tajalli. Ada pula yang menempuh jalan suluk dengan sistem "Muratabatu - thariqah" yang terdiri dari 4 tingkat: (seperti sistem yang dipakai oleh Tarekat Naqsabandiah) :
1. Taubat
2. Istiqamah : Taat lahir dan bathin
3. Tahzib : terdiri dari beberapa riadhah / latihan seperti puasa, mengurangi tidur dan menyendiri.
4. Taqarrub : mendekatkan diri kepada AlLah dengan berkhalwat, zikir terus - menerus.
1. Taubat
2. Istiqamah : Taat lahir dan bathin
3. Tahzib : terdiri dari beberapa riadhah / latihan seperti puasa, mengurangi tidur dan menyendiri.
4. Taqarrub : mendekatkan diri kepada AlLah dengan berkhalwat, zikir terus - menerus.
Seterusnya maka sampailah salik pada Maqam Nihayah: Fana-uhu 'ala baqa-ihi wa ghaya-tuhu 'ala hudu-rihi yaitu fana dalam kebaqaan Allah dan lenyap dalam kehadiran AlLah. Hal demikian bisa berhasil kerana Tuhan Maha cahaya terhadap hambaNya dan Tuhan adalah sumber cahaya dan Ilmu. Apabila Tuhan telah menembusi hati hambaNya dengan 'nur' dan cahayaNya, maka berlimpah ruahlah Rahmat.
Sumber: Risalah Alladuniyah-Imam Ghazaly